"K—Kenapa ayah ada dikamarku? Momiji.. juga?" Hanabi bengong sekaligus heran, melihat dua orang yang tengah berdiri dihadapannya. "Ayah, sebenarnya ada apa?"
Yoshitora melangkah lebih dekat, ia duduk disisi kasur sambil menatap Hanabi dengan tajam. "Sungguh aku tidak bergurau, barusan aku merasakan hawa keberadaannya muncul." ia berkata.
"Eh? Siapa.. yang ayah maksud? Apa ada orang asing masuk kedalam kamarku?" tentu Hanabi masih keheranan.
"Apa cuma perasaanku saja, ya?"
"Tidak, Tora." sambung Momiji cepat. "Kau memang benar, karena aku juga sempat merasakannya."
"Jadi..."
Dikala Yoshitora hendak berbicara, Hanabi langsung menimpal dengan satu pertanyaan lagi. "KATAKAN PADAKU APA YANG TERJADI!?" tak aneh apabila ia berteriak. "Daritadi pertanyaanku tidak kalian tanggapi, dasar."
"Kami minta maaf, Hanabi. Kedatangan ayah dan Momiji justru ada maksud tertentu. Jujur.. ayah belum bisa mengatakannya padamu untuk saat ini."
"Kalian masuk tanpa izin, untung saja aku punya kepekaan yang kuat disaat kalian masuk ke kamarku. Jangan buat aku sebal, ayah." jawab Hanabi keberatan.
Yoshitora tersenyum kecil, kemudian ia berdiri dan berkata.. "Kalau begitu kami akan keluar. Maaf, sudah membangunkan tidurmu, nak." sang ayah mengelus kepala puterinya.
Sosok Yoshitora dan juga Momiji pun keluar, diakhiri dengan pintu kamar yang tertutup perlahan-lahan.
"Mou~ selalu saja ada orang yang membuatku sebal. Entah itu Haya ataupun ayah." Hanabi bergumam, ia berbaring dan berusaha untuk tidur kembali.
Di teras rumah, Yoshitora dan Momiji berdiri sambil memandangi cahaya rembulan. Malam ini terasa begitu dingin—ditambah situasi yang baru saja terjadi membuat Yoshitora jadi lebih waspada.
"Aku minta maaf, Momiji." ucapnya tanpa berpaling dari cahaya bulan. "Maaf, karena sudah mengganggu jam tidurmu."
"Tidak seperti biasanya kau sering meminta maaf, Tora. Hentikkan itu, menjijikkan." meski begitu Momiji memberi tanggapan secara khas.
Tanggapan beserta respon Momiji membuat Yoshitora sedikit tertawa. Tak lama kemudian ekspresinya kembali berubah—Yoshitora mengepalkan kedua tangan dan berbicara... "Kalau saja waktu itu aku bisa bertahan. Kalau saja waktu itu aku bisa melawan ke-egoisanku... mungkin Hanabi tidak perlu—"
"Cukup, jangan diteruskan." secara cepat Momiji menimpal. "Bertahun-tahun kita selalu bersama, mengetahui apa yang terjadi selama ini. Jangan salahkan dirimu sendiri, bodoh."
Akhirnya Yoshitora tahu bahwa Momiji mencoba 'tuk menenangkan suasana hatinya. Karena dari itu Yoshitora tersenyum, lalu berkata.. "Kau memang partner terbaikku, Momiji."
Pujian itu.. tentu saja membuat Momiji malu, bahkan warna merah dipipinya seketika muncul. Oh, Momiji tidak suka ini.
"Sudahlah, untuk sekarang kau tidak perlu khawatir. Selama ada aku.. aku jamin pasti Hanabi baik-baik saja." balas Momiji seraya membuang muka.
Kata-kata terakhir sebelum kembali ke ruangannya, Momiji berjalan pergi meninggalkan Yoshitora, namun.... "Tunggu, Momiji." Yoshitora justru menahannya—menggenggam tangan wanita berkucir itu dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔹ISOLATED LOVE
Fiksi Penggemar"Ini adalah sekuel MLFF bagian Hanabi dan Hayabusha". Hanabi mempunyai hubungan spesial dengannya sejak dibangku Sekolah Dasar. Keluarga Hanabi (Clan Yoshitora) dan Keluarga Hayabusha (Clan Hattori) memang sudah dekat sebelum adanya insiden buruk ya...