• Discussion

97 18 1
                                    

-- Cafe Calestial --
Bunyi lonceng terdengar tanda pintu terbuka, Hanabi berdiri sambil memasang muka songong. Pandangannya berputar mencari seseorang, namun tidak ada. Walau demikian, Hanabi tidak terlalu memikirkannya, maka dari itu ia berjalan masuk.

Dikala masuk kedalam, sosok Gusion pun mengikutinya dari belakang. Pria berponi ini membiarkan Hanabi memilih tempat duduknya sendiri.

Saat Hanabi duduk... "Mau langsung pesan, nona?" seorang pelayan menghampiri seraya memberikan buku menu.

Namun si pelayan tersebut sama sekali tidak ditanggapi olehnya. Bertindak cepat Gusion pun berbicara, "Satu kopi hitam gula pisah." kemudian ia menoleh pada Hanabi. "Kau mau apa?"

"Apa saja." tentu Hanabi menjawab dengan ekspresi yang masih songong.

"Kalau begitu satu air putih, plis." kata Gusion pada si pelayan.

Sesaat ketika si pelayan pergi, barulah Gusion duduk berhadapan dengan Hanabi. Tak ada kata-kata apapun selain bola mata yang saling pandang—Hanabi juga tidak bertanya apalagi protes terhadap ajakan Gusion, terbilang mendadak, tapi Hanabi sama sekali tak keberatan.

"Sekarang suasana hatiku sangat mudah untuk di rebut oleh seseorang. Aku tahu apa yang ingin kau lakukan, Gusion." disitu Hanabi berkata, dan masih dengan muka songongnya.

"Lebih tepatnya 'meraih'. Oh, jangan salah paham, aku cuma mengoreksi kata-katamu."

"Hmph, benarkah? Lalu kenapa kau mengajakku ke cafe? Bukannya sama saja ini seperti kencan?" Hanabi berusaha mengelak.

"Pikiranmu itu belum luas. Ketika laki-laki mengajakmu ke suatu tempat—apa itu akan selalu disebut kencan?"

Hanabi terdiam seribu kata, kali ini ia tidak menanggapi perkataan Gusion seolah-olah ia tidak mendengarkan.

Tak lama ditunggu, pesanan pun akhirnya tiba. Dua minuman yang terdiri dari kopi dan air mineral biasa.

"Dengar, perubahanmu adalah tahap awal menjadi dewasa. Aku cuma mau tahu apa yang ada didalam kepalamu saat ini." ucap Gusion memulai.

"Tidak ada," Hanabi membalas cepat seraya membuang muka. "...Aku hanya ingin melupakan diriku yang memalukan, dan saat ini yang aku inginkan hanya mencari jati diri."

Sambil menuang gula ke dalam kopi hitamnya, Gusion berhasil dibuat terkejut oleh jawaban Hanabi. Namun reaksinya kelihatan biasa saja, "Jadi begitu, ya." jawabnya singkat.

Kemudian ia kembali bertanya, "Terus apa rencanamu ke depannya?" Gusion melempar pertanyaan sambil mengaduk kopi tersebut.

Hanabi tak menjawab, beberapa detik ia terdiam, malahan ia memperhatikan gerakan tangan Gusion yang tengah mengaduk kopinya.

"Kau bukan patung. Jadi jawab pertanyaanku, bodoh." si Gusion ya jengkel.

"Huft, seenggaknya pesankan aku minuman yang lain dong." well, Hanabi hanya menghela nafas.

________________________________
.

.
Isolated Love
"Discussion"
.

.

©Wibukun
________________________________

"Kita datang lebih cepat. Jadi jangan sungkan bila kau mau bercerita." ujar Gusion kekeh.

"Maksudmu?" tentu Hanabi heran.

"Cafe ini sering dijadikan tempat nongkrong oleh kelas sepuluh, tidak cuma itu, bahkan anak-anak cowok di kelas kita pun masih suka kesini."

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang