• Hanabi

142 22 0
                                    

Dalam bahasa Jepang, kembang api yang menjadi lambang musim panas ini disebut 'Hanabi'. Ada banyak pendapat berbeda mengenai asal-usul kembang api di Jepang. Diantara semua pendapat, yang paling banyak di setujui oleh para ahli adalah era ke-shogunan Edo (1603-1867)—Ieyasu Tokugawa.

Ia mendapatkan hadiah berupa kembang api dari pedagang Tiongkok dan Raja Inggris. Kesukaannya terhadap hadiah tersebut mengawali budaya kembang api di Jepang.

Seiring dengan berkembangnya kepopuleran kembang api, tokoh penting dari Edo sering berkumpul di tepi Sungai Sumida sambil menikmati hembusan angin dan kembang api.

Festival kembang api untuk publik pertama kali diadakan pada tahun 1733. Saat itu, kembang api dinyalakan di tepi Sungai Sumida untuk menghibur publik serta menenangkan arwah 1 juta orang yang meninggal di tahun sebelumnya akibat kemiskinan.

Acara yang kemudian dikenal sebagai Festival Kembang Api Sumidagawa itu pun menjadi festival tahunan musim panas. Pada masa sekarang, tiap daerah juga mengadakan festival kembang api di wilayahnya masing-masing—meskipun nama dari festival tersebut berbeda-beda.

________________________________
.

.
Isolated Love
"Hanabi"
.

.

©Wibukun
________________________________

Malam yang di tunggu-tunggu telah tiba. Sejumlah cahaya indah terbang ke atas langit dan meledak dengan kilauan terang-benderang. Itu adalah kembang api, festival yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali.

Acara meriah ini mustahil untuk dilewatkan, Hanabi dan Hayabusa berjalan-jalan di sekitaran stand yang menjual banyak makanan. Tak luput dari pedagang disini, mereka menyediakan beragam macam permainan seperti 'Tangkap Ikan, Tembak Boneka, Dll.'

Tepat pada pukul 8 malam,
Hanabi bersikap sangat ceria dengan penuh senyuman yang terukir di wajahnya, kali ini raut muka itu kelihatan manis sekali.

"Apa kau menyukainya?" tanya Hayabusa kepada Hanabi yang baru saja beres bermain Tangkap Ikan.

"Hm, aku menyukainya!"

Keceriaan tersebut membuang pikiran negatif, setidaknya Hayabusa dapat merasakan betapa semangatnya Hanabi malam ini. Ia sekarang berpikir untuk tidak meninggalkannya sendirian, karena kebahagiaan semacan ini cukup sulit 'tuk didapatkan.

"Hanabi." sang pria menyebut namanya secara lemah lembut.

Hanabi berbalik hingga tubuhnya saling berhadapan, entah mengapa ketika mendengar nada suara lembut seperti itu membuat dirinya salah tingkah. Ternyata.. Hayabusa tengah menyunggingkan sebuah senyuman, ia tak mengira bahwa pria itu bisa tersenyum dengan sangat indah.

"Malam ini.. kau sangat cantik. Aku kaget saat menjemputmu, dan aku kaget betapa cantiknya dirimu jika mengenakan make up."

Benar, secara garis besar penampilan Hanabi kali ini begitu menawan. Yukata merah bercorak mawar putih menggambarkan bahwa ia sedang semangat—ditambah penataan rambutnya menjadi ciri khas bagi wanita Jepang dalam festival. Terutama... yang membuat Hayabusa kaget adalah..... kedua eye shadow berwarna kuning ke-merahan membuat ia tampil mempesona.

Hanabi berhasil memikat hati seseorang yang ia cintai.

"I—Ibuku yang memilihku pakaian beserta make up ini. Beliau bilang... kalau aku tampil begini bisa membuatmu.... Ah, lupakan-lupakan!" seketika Hanabi benar-benar salting, sulit 'tuk mengatakan yang sebenarnya di depan Hayabusa.

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang