• In This Moment

129 25 1
                                    

Kalungnya begitu berkilau, menyatu bersamaan dengan kerlap-kerlip kembang api diatas langit malam. Hanabi bersandar di bahunya, mereka berdiri ditengah kerumunan orang-orang yang sama-sama melihat kembang api. Entah berapa menit keduanya berada disana, mereka berdua sudah tak bisa melangkah keluar dalam kerumunan. Hayabusa dan Hanabi saling berbagi momen dimana malam ini akan menjadi malam terindah.

"Lihat-lihat! Kembang api itu berbeda dengan yang lain, kenapa bisa seperti itu, Haya?" dengan ceria Hanabi menunjukkan jarinya.

"Hmm, aku tidak tahu. Tapi itu memang indah, sama seperti.. wajahmu yang menghiasi duniaku." si Hayabusa bisa-bisanya ngegombal gengs.

Seketika pula Hanabi malu setengah mati sekaligus jedag-jedug. Bagaimana bisa kata-kata itu terlontar keluar dari mulutnya? Hanabi jadi tidak tahu mesti menjawab apa.

"Hmph, kau bisa mengatakan itu karena aku mengenakan make up, kan? Karena.. kalau aku tidak begini kau tidak mungkin bilang seperti itu."

"Ah, tidak juga." Hayabusa pun tersenyum. "Kau memang cantik setiap saat, tapi dengan make up itu cantikmu makin bertambah."

"Diam, Bakka Haya!" ya, alhasil Hanabi malah salting. Pipinya sangat-sangat-sangat merona.

Walaupun salah tingkah dan malu, Hanabi tidak mau menyangkal kata-katanya—Bila ada pria yang bilang dirinya cantik, maka ia harus terima. Ini bukan kepedean melainkan lebih ke arah 'terima kenyataan'.

"Apa benar aku cantik?" namun ia tetap bertanya pada diri sendiri. "Tidak tahu kenapa kalau Haya bilang aku cantik.. aku malah semakin menganggap kalau aku ini jelek. Ah, apa dia meledekku?! Sialan, Bakka Haya."

Suasana dalam festival kian meriah dengan banyaknya orang-orang berkerumun. Mereka berkumpul demi melihat kembang api di lesatkan ke langit malam, juga mereka bergerombol ke area stand hingga penuh. Festival ini.. benar-benar menyenangkan!

Dari arah yang berbeda, dua ninja wanita tengah berdiri seraya memperhatikan Hayabusa dan juga Hanabi. Ninja tersebut memberikan tatapan fokus sampai-sampai tak mau kedua matanya beralih pandang.

"Dialah Hayabusa. Aku sempat berpapasan dengannya kemarin. Sisanya.. terserah kau, Scarlet." kata Fumiko mengangkat bahu.

"Baiklah, lagipula aku tidak mungkin merebut pacarnya puteri."

"Hm? Aku tidak pernah berpikir sejauh itu, dan aku tidak pernah berpikir kalau kau tertarik pada seorang pria."

"Jaga ucapanmu, adik bodoh." Scarlet membalas dengan nada biasa saja. Kemudian ia berjalan menghampiri Hayabusa yang sedang berduaan bersama Hanabi.

________________________________
.

.
Isolated Love
"In This Moment"
.

.

©Wibukun
________________________________

"Anu, Haya.. Maaf, kalau sebelumnya aku berkata tidak sopan. Maksudku... aku yang seenaknya bilang bahwa kau cuma memanfaatkanku." tanpa berubah posisi, Hanabi membuka pembicaraan sensitif.

"Yah, tak usah dipikirkan. Wajar bila kau mengatakan hal itu, Hanabi. Namun kau harus tahu.. kalau aku tidak pernah punya niat untuk memanfaatkan atau mempermainkanmu."

Walau begitu tetap saja Hanabi tidak bisa mencerna pola pikir tersebut. Isi kepalanya terus-menerus memiliki persepsi yang jauh berbeda terhadap seorang lelaki. Ia makin pusing, dan juga bingung. Ingin rasanya bertanya lebih jauh, tapi Hanabi sendiri tidak mau merusak suasana.

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang