Burung-burung berkicau dipagi hari, bersenandung layaknya paduan suara yang indah. Mereka hinggap di jendela, juga ada beberapa yang hinggap di genting-genting rumah.
Kicauan mereka benar-benar kompak sehingga menciptakan melodi yang rapi meski suara mereka cukup keras.
Ya, ini adalah pagi hari—Pukul 7.
Hanabi terbangun dari tidurnya, menguap. Ia pun turun dari kasur dan segera merapikan seprai itu sampai rapi. Tak lama kemudian, Hanabi berjalan ke depan cermin—tidak ada yang aneh, semua penampilan dari atas kepala hingga ujung kaki menandakan kalau beginilah orag yang baru bangun tidur, rambut berantakan, muka kucel, belek menggumpal nan mengering, dan tubuh.. yang bau.
Sekian detik ia berdiri, kemudian Hanabi mengerjap-erjap supaya kotoran dimatanya dapat mudah dibersihkan. Tanpa berlama-lama ia pun bergegas untuk mandi.
________________________________
..
Isolated Love
"Change"
..
©Wibukun
________________________________Hanabi kini sedang mengeringkan rambut, alat praktis bernama hair-dryer ini ia pakai tanpa mesti kesulitan. Rambut hitam panjang nan lebat itu sudah wangi dengan aroma shampo. Ah, rambut Hanabi yang terurai sungguh menawan, tanpa ikat rambut ternyata ia lebih kelihatan cantik nan dewasa.
Setelah mengeringkan rambut, dengan segera Hanabi melepas handuknya. Ia langsung mengenakan seragam sekolah—Ciri khas unik dari seragam tersebut adalah badge Bulan Sabit bertuliskan Moonton. Mungkin agak telat mengatakan ini, Moonton merupakan Yayasan terpadu dengan kedudukan peringkat ke-3 dalam sekolah bergengsi, tentu ketiga sekolah itu sudah pasti Yayasan ternama.
Peringkat pertama masih di duduki oleh Valve, dan peringkat kedua adalah Riot, sedangkan Moonton berada di posisi ketiga. Peringkat ini menjamin bahwa pihak yayasan tidak pernah mengabaikan murid selama di sekolah. Fasilitas, pendidikan, pembelajaran, ekskul, pramuka, dsb. Well, berada di peringkat ketiga tidak buruk juga walaupun Kepala Sekolah Moonton masih misterius alias belum ada yang tahu.
Saat ini, Hanabi duduk di meja make up sambil memperhatikan wajahnya sendiri. Selama ia bersekolah.. Hanabi tidak pernah memikirkan bagaimana untuk tampil cantik, karena Hanabi tidak butuh itu. Namun sekarang berbeda, seseorang yang ia harapkan telah melukainya—Bahkan ini adalah tahap awal bagi Hanabi agar bisa menjadi wanita tangguh.
Ia membutuhkan perubahan,
Ia membutuhkan perubahan yang besar.
Hanabi tidak mau lagi di permainkan, ia tidak pernah mau lagi termakan oleh kata-kata manis, ia tidak mau.. di permainkan oleh cinta.Maka dari itu Hanabi sudah memantapkan hatinya. Ia berkeinginan kuat untuk membuang harga diri sebagai remaja—Hanabi tidak butuh kehidupan seorang gadis, karena ia tahu.. untuk bisa menjadi kuat hanyalah dengan cara itu. Hanabi mesti mengorbankan sesuatu yang ada dalam dirinya. Ia ingin melupakan pria yang ia cintai. Ia ingin menjadi wanita dewasa. Ia.. ingin berubah, sehingga ia tidak mau lagi merasakan sakit hati.
Penuh tekad Hanabi menata rias wajahnya, eye shadow itu diukir serapi mungkin mengikuti garis-garis mata. Ia menggunakan eye liner juga, Hanabi merubah wajahnya menjadi lebih cerah akibat make up—Tidak berlebihan, justru make up yang ia pakai merubah segalanya. Ya, kini ia telah berubah. Hatinya... Penampilannya... Perasaannya... Hanabi membulatkan tekad kalau inilah satu-satunya cara untuk menemukan jati dirinya sebagai.. wanita dewasa.
Ia tak butuh omong kosong.
Ia tak mau mendengar janji manis dari pria itu.
Hanabi akan merubah semuanya.Dengan penuh keyakinan, Hanabi menaruh alat make up tersebut ke atas meja. Sorotan mata setajam silet ia perlihatkan di depan cermin, kelopak matanya kali ini terlihat sangat tajam. Ternyata warna kuning dari eye shadow itu pernah ia pakai saat ia berada di festival bersama Hayabusa.
"Ah, waktu itu kau bilang kalau aku cantik, 'bukan?" Hanabi berbicara seraya menahan senyum, karena ia berusaha suapaya senyumannya tidak melebar. "Ya~ kau bilang begitu padaku, Haya. Kau bilang kalau aku semakin cantik bila memakai make up HAHA omong kosong!" tiba-tiba ekspresi Hanabi malah menjadi gila.
"Cuh," ia melepeh sehingga ludahnya mengenai kasur. "Kata-kata manismu tidak akan berlaku lagi, dasar sampah."
Perasaan Hanabi mulai berubah menjadi gelap, kehampaan hatinya di isi oleh sesuatu yang hitam pekat. Ia seketika melempar bingkai foto itu ke dinding—Hancur, di dalamnya terdapat satu foto masa kecil ketika ia bersamanya. Dan dengan penuh rasa benci Hanabi menusuk-nusuk wajah Hayabusa didalam foto menggunakan kunai.
"Sampah! Sampah! Sampah! Brengsek kau, Hayabusa!!!" tak sadar ia berteriak keras sambil terus menusuk-nusuk wajahnya. "SAMPAH!"
...
-- 07:45 (SMA Moonton) --
"Eh, itu.. bukankah itu Hanabi dari kelas sebelas?" suara bisik-bisik terdengar."Tapi.. ada yang beda dengan penampilannya. Benarkah dia Hanabi?"
"Hee~ kayaknya cewek itu berubah total. Bisa kulihat dengan jelas dari tatapan mata yang dingin itu. Kau apakan dia, Gusion?" Moskov yang melihat Hanabi berjalan di koridor mulai bertanya.
Disisi lain, justru Gusion juga cukup kaget saat melihat Hanabi. Mau dilihat darimana pun.. tampang wajah Hanabi benar-benar berubah drastis.
Sampai pada akhirnya, kaki putih ramping itu berhenti. Hanabi berhadapan dengan Gusion sambil memasang tatapan dingin sekaligus tajam. Kemudian ia berkata, "Terimakasih sudah memanggilku bodoh, Gusion." ia mengatakannya tanpa ragu.
"Hm?" tapi si Gusion malah bingung.
"Secara tidak langsung kau sudah menampar keras aku. Sekarang.. beginilah diriku."
"Jujur saja aku tidak terlalu mengerti, tapi kalau perkataanku menyadarkanmu.. aku sangat bersyukur." balas Gusion.
Akhirnya Hanabi paham...
Ya~ ia sekarang paham, dan baru sadar ternyata omongan Scarlet masih berhubungan besar jika disambung dengan kata-kata Gusion selama ini."Lihat, senpai. Aku.. akan menjadi wanita dewasa. Aku tidak akan mengejar cinta lagi. Dan untukmu Gusion.. aku minta maaf." ucap Hanabi dalam hati.
Tak perlu merasa ragu.
Hanabi cuma harus yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Merubah sedikit kepribadian agak dingin dan cuek memang sudah pernah ia rencanakan, namun ia tidak menyangka kalau sekaranglah waktunya.Ia berjalan melewati Gusion dan Moskov, Hanabi melangkahkan kakinya di koridor sekolah—kemudian ia tersenyum lebar, tidak.. senyuman ini terlihat berbeda. Ah, senyum mengerikan, ya.
"Entah kenapa sejak tadi pagi aku merasa ada yang aneh dalam tubuhku. Hah, sebodo amat!"
"Memang ini yang aku mau—"
"Kau akan tahu akibatnya, Haya. Yah, karena ini semua salahmu."
"Salahmu!"
Hanabi terus berjalan seraya tersenyum lebar, sehingga langkah kakinya berhenti di depan pintu kelas X—"Dua sampah wajib disingkirkan. Kalian.. merusak kehidupanku." Hanabi bergumam sambil menyorotkan tatapan tajam ke arah Kagura dan Hayabusa yang sedang mengobrol di dalam kelas.
BERSAMBUNG
🚫 DILARANG COPY PASTE TANPA IZIN 🚫
![](https://img.wattpad.com/cover/276915284-288-k911495.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
🔹ISOLATED LOVE
Fanfiction"Ini adalah sekuel MLFF bagian Hanabi dan Hayabusha". Hanabi mempunyai hubungan spesial dengannya sejak dibangku Sekolah Dasar. Keluarga Hanabi (Clan Yoshitora) dan Keluarga Hayabusha (Clan Hattori) memang sudah dekat sebelum adanya insiden buruk ya...