• Now It's Different

139 12 2
                                    

Acara malam ini tidak ada yang meriah, hanya acara makan malam yang sering kami jalani sebagai rutinitas harian. Tapi apa yang aku rasakan begitu berbeda, hatiku terasa hambar, jantungku seolah-olah berhenti berdetak. Ya, aku baru sadar bahwa sudah 3 bulan berlalu—Aku tak lagi dekat dengannya, juga tak berkomunikasi lewat telepon genggam.

Ujian Akhir Semester benar-benar telah berakhir, waktu itu dia memutuskan, dan aku juga sepakat.

Aku dan dia mengambil jalan masing-masing, entah untuk apa, namun aku meyakini kalau dia cuma beralasan supaya dia bisa lebih dekat dengan si cebol itu. Aku tidak iri, tapi.. justru aku butuh keyakinan mengapa dia sampai se-begitunya kepada diriku? Apa salahku?

"Daritadi kau mengorek-orek makananmu menggunakan garpu. Ayo cepat habiskan, kau tidak mau membuat Ibu marah, 'bukan?"

"Ah, maaf." balasku lesu.

Ini bukan pertanda baik...
Juga bukan pertanda buruk...
Aku harus mencari jalan keluar,
Aku juga masih punya tugas untuk membenahi diriku sendiri.

Tapi...
Tapi...
Jauh didalam lubuk hatiku justru menyimpan dendam yang sangat kuat.

Aku membencinya...
Sangat membencinya...
Dan aku...
Mencintainya...

________________________________
.

.
Isolated Love
"Now It's Diferent"
.

.

Story Copyright ©Wibukun
________________________________

"Waktunya berpamitan, Puteri." seorang wanita dewasa berdiri di depan gerbang, ia adalah Scarlet.

"Ya, terimakasih banyak sudah membantuku, senpai."

"Kau terlalu berlebihan, kedatanganku kesini bukan untuk membantumu melainkan kami bosan bila harus berada di rumah." kelihatannya Scarlet cuma beralasan.

"Yang lebih penting lagi..." satu wanita bernama Fumiko menyela. "...Apa kau akan baik-baik saja? Maksudku sudah tiga bulan kau tidak keluar rumah, mengurung seorang diri tanpa menghirup udara segar."

Pertanyaan itu sudah biasa didengar olehku, benar.. aku sudah terbiasa. Dan pasti aku bakal menjawab—"Tidak ada tempat yang nyaman selain di rumah." itu jawaban yang kuberikan setiap kali ditanya begitu.

Sebenarnya Scarlet tahu alasan dibalik kenapa aku tidak kemana-mana, selain soal asmara, tentu Scarlet percaya bahwa keputusanku ini memang tergantung pada diriku, dan Scarlet tidak banyak mengambil tindakan.

"Aku akan kembali ke kampung halamanku, Guruku—Master Li Bai sudah mengirimi banyak surat. Kau tahu, aku jadi agak cemas." kata Scarlet bergegas.

"Kalau begitu tunggu sebentar." tahu kalau mereka akan segera pergi, aku pun beranjak ke dalam rumah untuk mengambil beberapa bingkisan.

Tak lama kemudian...
"Anu, tidak ada yang menarik, aku cuma bisa memberikan kalian sedikit makanan untuk di perjalanan. Sekali lagi.. terimakasih, senpai."

"Oh, ini sudah lebih dari cukup. Dan berhentilah mengucapkan terimakasih, Puteri."

"Benar, kau terlalu sering berterimakasih." sela Fumiko sinis.

Beberapa detik aku terdiam sambil merenung, mereka pasti melihat wajahku yang begitu murung nan menyedihkan. Mereka juga tahu semuanya dari kisah cintaku bersama Hayabusa, dan mereka juga tahu alasan kenapa aku berdiam diri seperti orang bodoh tanpa kemana-mana. Jadi aku cuma pasrah dan menerima apa saja yang akan mereka katakan kepadaku.

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang