BAB 10 - PRETENDING

97 10 1
                                    

Banyak hal yang mesti Hanabi benahi,
Apa-apa yang ingin ia rubah berujung pada hasil yang tak sesuai,
Bukankah sulit 'tuk menjadi seseorang yang berbeda?

Hanabi menyadari bahwa perubahannya...

"Hana~" sang Ibu memanggil seraya mengetuk pintu.

Didalam kamar, Hanabi terbaring dengan seragam sekolah yang compang-camping—kancing bajunya setengah terbuka, tubuhnya berkeringat, wajahnya pun terlihat kecapekan.

"...Hana, sudah waktunya makan malam. Ibu membuatkan makanan kesukaanmu..." diluar sana Ibunya masih berbicara.

Tanpa balasan, Hanabi pun bangkit, ia duduk di sisi kasur sembari menghela nafas. Kini kita dapat melihat kalau penampilan Hanabi lumayan kacau, ia sama seperti orang yang banyak pikiran.

Ciit~
Suara decitan pintu, Hanabi berhadapan dengan sang Ibunda.

"Ya ampun, kamu berantakan sekali, dan lagi.. kamu belum ganti baju? Apa yang kamu lakukan sedari tadi, Hana?"

Dengan wajah suramnya Hanabi menjawab lesu, "Tidak ada, cuma tidur-tiduran karena lelah."

"Ayo, sebaiknya kita makan malam. Dilihat darimanapun kamu sedang tidak baik-baik saja. Ibu tidak mau kamu sampai jatuh sakit."

"Iya, aku mengerti."

Sajian makan malam Keluarga Yoshitora Tokugawa. Hidangan yang hanya bisa dibuat oleh Yuki seorang—tak mewah, namun kelihatan sangat lezat dan bernutrisi.

Meski begitu...
Makan malam sekarang terasa hambar dengan atmosfer yang sedikit mengkhawatirkan. Kedua orangtua Hanabi menatap sang puteri secara cemas. Kini Hanabi benar-benar seperti orang sakit, lebih tepatnya orang yang tidak punya masa depan.

"Ayah sudah membicarakannya kepada Hattori." kata Yoshitora membuka percakapan.

Hanabi sedikit bereaksi setelah mendengarnya, kemudian ia menatap sang Ayah dengan tatapan dinginnya.

"Walaupun dia gagal, kita berdua yakin bahwa Iblis itu—" belum selesai bicara, Yoshitora langsung berhenti saat melihat Yuki menyeringai. Yah, tanda sang Isteri tak mau membicarakan hal tersebut lebih jauh. "...Huum, aku cuma..."

"Bisakah kau membicarakan hal lain? Disini ada Hanabi, dia tidak mungkin mengerti apa yang kau katakan, Tora."

"Tidak," cepat-cepat Hanabi memotong. "Aku memang tidak mengerti, tapi aku penasaran dengan Iblis yang Ayah bicarakan."

"Lupakan, Hana. Ayahmu cuma mengada-ngada. Kamu tahu sendiri kalau dia sudah mabuk sebelum kita makan malam." meski demikian Yuki masih berusaha mengelak.

"AKU TIDAK MAU ADA YANG DI TUTUP-TUTUPI!" seketika Hanabi langsung berteriak sambil menghentak meja sehingga sebagian hidangan itu berserakan. "CERITAKAN PADAKU!!"

Teriakannya...
Suaranya...
Ekspresinya....
Saat itu pula detik-detik ketika Yuki dan Yoshitora tidak melihat Hanabi sebagai puterinya.

Mereka melotot...
Melihat sebuah keyakinan bahwa apa yang mereka lihat adalah sosok yang lain.

Itu jelas bukan Hanabi,
Secepat kilat Yoshitora dan Yuki menghunuskan pedangnya dengan sikap defensive—mereka waspada.

"Aku sengaja membuka obrolan itu, apa kau tahu?" sindir Yoshitora. "Dan isteriku berhasil memancingmu. Sekarang jawab pertanyaanku, dimana Hanabi?"

Namun yang ditanya sama sekali tak menjawab, ia terkikik pelan, pelan, pelan, lalu tawanya mulai mengencang. Hanabi duduk sambil tertawa lepas sampai air matanya pun keluar begitu saja. Yah, tawa itu bukan tawa yang sering mereka dengar.

"JAWAB!! DIMANA ANAKKU?!" Yoshitora memanas. "JAWAB ATAU AKAN KU GOROK LEHERMU!"

"Silahkan~~" sambil tersenyum lebar Hanabi memberikan banyak celah. "Goroklah, dan kau akan menyesal."

Lalu ia meneruskan...
"Aku tidak muncul secara sengaja, melainkan kalianlah yang membuat Hanabi ke-trigger. Hanabi ingin tahu siapa Iblis yang dibicarakan, tapi kalian malah berhenti, karena itulah Hanabi marah, dan disitulah aku muncul. Haha! Tak kusangka kalau amarah dia sampai bisa seperti ini~"

"Kau pikir aku akan percaya?" Yoshitora masih mengelak. "Kau pikir aku akan mengangguk ketika kau menceritakan itu? Hanabi yang mengeluarkanmu? Kenapa aku harus percaya pada alasan bodoh seperti itu, huh?!"

"Berapa tahun kalian mencariku?" tanyanya santai. "Berapa lama kalian mencoba menguak dalang dari semua ini? Berapa lama? Berapa lama? Hahahaha~"

Terhitung Yoshitora telah memanas, ia pun hendak menebas leher sang puteri namun langsung di tahan oleh... "Yuki.... Apa yang kau lakukan? Menyingkirlah!" ternyata sang Isteri menahannya.

"Tenangkan pikiranmu! Lihatlah, dia memang berbeda dari Hanabi yang kita kenal. Tapi sadarlah, Tora! Tubuh itu.. masihlah tubuh anak kita berdua."

"Benar, tubuh ini adalah tubuh Hanabi. Aku tidak bohong~ hanya saja.. sekarang aku sudah agak bebas untuk melakukan hal-hal yang menarik dengan tubuh ini, yummy~"

"KEPARAT!! APA YANG—" sesaat Yoshitora hendak berontak, tiba-tiba saja Hanabi lenyap alias menghilang. Hawa keberadaannya pun benar-benar tak bisa dirasakan lagi. "SIAL! DIA KABUR!"

"Tenanglah, bodoh!" teriak Yuki kemudian. "Kau yang tak bisa tenang itu merepotkan! Tenangkan pikiranmu, Tora!"

"TAPI—"

"Situasi ini sudah mulai terlihat, petunjuk yang kita cari-cari akhirnya nampak. Beritahu Momiji dan yang lain, khusus Ninja tingkat tinggi. Masalah ini justru kau yang lebih paham, Tora-kun." kata Yuki menjelaskan secara tenang.

"....Kau benar..." sedikit menyesal pada diri sendiri, Yoshitora berdiri tegak. "Aku akan memanggil mereka, tapi setidaknya aku tidak mau berdiam diri seperti orang bodoh. Aku juga akan turun tangan."

"Ya, itu lebih baik."

BERSAMBUNG
BAB 10 • "Pretending"
🚫 DILARANG COPY PASTE TANPA IZIN 🚫

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang