• Act

96 24 4
                                    

Gusion berjalan di depan, sedangkan Hayabusa mengikutinya di belakang. Sempat bertanya mengapa Gusion mengajaknya ke belakang gedung sekolah, Hayabusa jadi takut kalau ini akan menjadi masalah yang rumit nantinya.

Tak memakan waktu lama, setiba di belakang sekolah.. Hayabusa langsung diperlihatkan oleh sosok Hanabi. "Kenapa ada Hanabi disini?" kemudian ia bertanya pada Gusion sambil terus berjalan.

Namun Gusion tak menjawab,
Jarak antara ia dan Hanabi masih terbilang agak jauh, maka dari itu Gusion dan Hayabusa tetap berjalan ke arah si gadis berkucir disana.

"Bodoh, sebenarnya apa sih yang Gusion rencanakan?" Hanabi mulai mengoceh.

Sekitar jaraknya sudah hampir dekat, Gusion pun berhenti melangkah. Ia berbalik menghadap Hayabusa sambil memasang tatapan yang amat sangat dingin. Nah, baru kali ini Hayabusa melihat Gusion seperti itu, entah mengapa.. tiba-tiba saja bulu kuduk Hayabusa merinding seketika.

"Gu—" disaat ia hendak bicara...

Secepat kilat pula Gusion menghantam wajah Hayabusa dengan sekuat tenaga.

Uhuk-Uhuk!
Reflek karena terkena pukulan pada bagian yang paling fatal, yaitu rahang. Hayabusa langsung melepas penutup mulutnya sambil terbatuk-batuk.

"GUSION! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Hanabi bertindak cepat dan menahan tangan Gusion, kini wajahnya kelihatan geram.

"Kau yakin berdiri di depanku seperti itu, Hanabi?" tanpa ancang-ancang, Gusion malah menarik tubuh Hanabi seraya mengunci pergelangan tangannya.

"Argh!"

"Rencanaku untuk melihat sebrapa besar perasaan Hayabusa kepadamu. Jika perkataanmu benar, Hanabi.. maka aku tidak akan mengganggu hubunganmu lagi." lalu Gusion berbisik.

"Aku.. tidak mengerti..." sambil menahan sakit, Hanabi berkata.

Serasa tidak percaya apabila Hayabusa bisa mendapatkan situasi semacam ini, dan mungkin juga karena kesalahan dirinya sendiri. Hayabusa semakin kesal dengan semua yang telah ia jalani. Kenapa cinta itu sangat menyakitkan? Kenapa mesti melalui hal-hal berat, bahkan teman sendiri sampai berani memukul wajahnya? Terlihat betul bahwa Hayabusa sudah tidak tahan lagi—Perbuatan Gusion berhasil meningkatkan amarah Hayabusa dalam sesaat.

Perlahan-lahan ia menggerakkan matanya ke arah Gusion, jelas-jelas pria itu sedang menahan telapak tangan Hanabi sehingga Hanabi tidak bisa bergerak apalagi melawan. Hayabusa menatapnya secara tajam... kemudian berkata pelan, "Tidak ada yang boleh menyentuh Hanabi selain aku." walau pelan ternyata ucapan tersebut sangat berpengaruh—dalam sekejap Hayabusa melesat ke arah Gusion dan menendang perutnya dengan gaya menyamping.

Tidak, apa itu?
Bagaimana manusia bisa bergerak secepat itu?

Tentu Gusion langsung menahan sakit yang tiada tara. Bukan cuma cepat, tapi tendangan barusan juga memiliki kekuatan yang cukup besar sampai Gusion dapat merasakan ada tulang yang patah.

Otomatis ia pun melepaskan cengkeraman tangannya. Dengan rasa sakit bagian sisi perut, Gusion berbicara.. "Inikah yang membuatmu marah, huh? Tunjukkan padaku seberapa besar cintamu padanya, Hayabusa!" walau demikian, Gusion berlari seraya memegangi perut akibat tendangan barusan, ia pun berlari ke arah Hayabusa dan mencoba melancarkan serangan berikutnya.

Disisi lain, Hayabusa masih berdiri tenang. Ia menunggu Gusion menyerangnya, tapi.....

"Hentikkan!" teriakan kencang Hanabi menggema.

Dan aksi Gusion pun ikut berhenti, begitupula Hanabi berhasil menyadarkan Hayabusa kembali seperti semula.

"H—Hanabi.." tanpa perduli dengan apa-apa, Hayabusa berlari menghampirinya. "Kau tidak apa-apa? Bagaimana tanganmu, apa terluka?"

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang