• She's the One in the Shadow

92 7 0
                                    

Masih di waktu yang sama, tepat dini hari mereka berdua berjalan. Hayabusa berada di paling belakang, sedangkan Hanabi di depan menuntun jalan.

"...Ah, aku tidak tahu-menahu arah mana yang benar untuk sampai ke bar." tiba-tiba ia berhenti melangkah.

"Benarkah kita akan kesana? Kurasa tempat seperti itu tidak cocok untuk kita, Hanabi. Lebih baik cari tempat lain saja."

"Aku tidak bodoh. Apa ada tempat yang masih buka di jam segini selain bar? Oh, kalau begitu kau bisa merekomendasikannya kepadaku."

Jujur, Hayabusa kini tidak suka dengan raut muka Hanabi walau wajahnya ditutupi oleh masker. Meski begitu Hayabusa dapat melihat ekspresi yang sedang dipasangnya—Hanabi masih meremehkan.

Hayabusa terdiam beberapa detik seraya sedikit menyeringai, ia merasa ada yang janggal saat ini, terutama pada sosok Hanabi. Namun ia tidak mau berpikir negatif, itulah mengapa Hayabusa membalas... "Kita tidak harus pergi ke bar. Masih banyak tempat untuk nongkrong seperti taman atau yang lainnya."

"Lainnya? Lainnya seperti apa?" Hanabi pura-pura polos. "Taman bukan tempat untuk bersenang-senang."

"Sekarang kau terlalu cerewet." cepat-cepat Hayabusa menarik lengan Hanabi seraya berjalan. "Lagipula ada yang mau kubicarakan."

________________________________
.

.
Isolated Love
"She's the One in the Shadow"
.

.

©Wibukun________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Wibukun
________________________________

-- Rumah Kagura --
Tiba-tiba dirinya terbangun, Kagura melihat jam dinding—masih terlalu dini untuk bangun, pikirnya. Ia pun bangkit dan berjalan ke dapur, dengan mata sayunya ia tidak pernah melihat siapapun. Kagura tinggal sendiri, tidak ada orangtua. Ah, bukan tidak ada, sebenarnya Kagura tinggal bersama sang Ayah, akan tetapi Ayahnya tidak pernah pulang karena suatu hal.

"Pekerjaan, huh?" sambil meneguk segelas air putih Kagura bergumam. "...Pekerjaan apa sampai dia berani meninggalkan anaknya sendiri.."

Kagura bukan tidak mau mencari tahu, ia sendiri sudah punya alasan untuk hidup mandiri. Walau demikian secarik harapan pernah terlintas begitu saja di dalam mimpi. Ia melihat bayang-bayang Ibunya, berjalan menggandeng lengan gadis kecil nan imut. Kagura merasa sedih, tapi ia tidak ingin menangis.

"Ibu juga meninggalkanku. Kenapa ibu harus mati...."

Teringat hal penting selain sang Ibunda, Kagura menoleh ke arah payung biru yang selalu ia taruh di tempat yang aman—sesuatu yang di wariskan ibunya, sebuah payung cantik dan indah.

🔹ISOLATED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang