Gianna Camellia Green
Happy Reading
Hari masih pagi dan bel masuk pun belum berbunyi, namun mata mengantuk Gianna sudah disuguhi pemandangan menyebalkan di koridor kelas sepuluh.
Gianna yang memang baru akan masuk ke ruang guru tak sengaja melihat. Ada tiga siswa perempuan yang sedang berdiri di hadapan seorang siswa lainnya yang menunduk takut.
Dia memang belum ada satu bulan di sekolah ini tapi sudah pening menahan marah karena sering melihat perundungan yang terjadi. Gianna paling benci bullying. Tapi sayangnya kali ini dia tidak bisa berbuat apapun selain menegur mereka dengan berwibawa, layaknya seorang guru. Padahal dalam hatinya dia ingin menegur dengan sadis.
Hidup dengan normal.
Jangan menonjol.
Jangan tunjukan kekuatan.Gianna mengulang doktrin itu di dalam hati sebelum melangkah mendekat. Sebenarnya dia ingin membiarkannya, tapi melihat salah seorang siswa mendorong siswa yang ketakutan itu hingga terjatuh, Gianna tak mau tinggal diam.
"Lo gak usah kegatelan ya sama Gilang! Dia pacar gue!" sebuah seruan terdengar ketika langkah Gianna semakin dekat.
"Tau diri di-"
"Ehm. Morning anak-anak," sapa Gianna menyela makian yang akan keluar dari mulut siswa tersebut. Senyuman ramah menghiasi wajah cantiknya, membuat keempat siswa tersebut tersentak. Sontak Fika langsung bangkit berdiri.
"Lagi ngobrolin apa, nih?" tanya Gianna sembari melirik sekilas nametag mereka masing-masing. "Fika, kenapa menangis?"
Dengan mimik khawatir Gianna mendekat ke siswa bernama Fika dan mengusap bahunya lembut. Kemudian mata tajamnya melirik tiga siswa lainnya yang langsung mengambil langkah mundur.
"Kalian bully dia?" tanya Gianna frontal.
"E-enggak kok, Miss," siswa yang bernama Gabby tergagap, tak berani menatap mata Gianna yang tajam.
"Kok ibu dateng-dateng nuduh, sih?! Orang dia lagi nyeritain hal sedih kok!" ujar Irish tak terima dituduh begitu.
"I-iya, Miss. Kami lagi ngobrol biasa kok," giliran Vio membela diri.
Meski tahu mereka berbohong, Gianna berusaha menampilkan ekspresi bersalah karena sudah menuduh. "Aduh, gitu? Maafkan, Ibu."
"Kalian kelas dua belas, kan? Ayo kembali ke kelas, sebentar lagi bel!" lanjutnya dengan senyuman ramah.
Dengusan kesal dari Irish terdengar samar, mereka bertiga melirik Fika dan Gianna sebelum pergi.
Ibarat peribahasa 'sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit', kelas E berhasil memupuk amarah di dada Gianna setiap harinya hingga menggunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...