❌Say NO to JULID❌
❌Say NO to BULLY ❌😈Happy Reading😈
Hari-H ulang tahun sekolah semakin dekat. Kurang dari 5 minggu lagi acara paling meriah dalam setahun sekali itu, akan di selenggarakan di Halcyon.
Banyak dari siswa kelas lain yang sudah mulai mempersiapkan diri dengan melakukan latihan intens untuk ajang lomba yang diadakan nanti. Berbeda dengan kelas E yang terlihat masih santai-santai saja. Bahkan sepertinya anak-anak itu lupa bahwa kelas mereka akan berpartisipasi tahun ini.
"El, tadi Bu Valentine nyampein kalo nanti sore anak yang lomba basket suruh latihan," kata Bram membawa amanat gurunya pada sang ketua.
El yang sedang menyuap bakso ke mulutnya tak langsung menjawab.
"Eiya kan kelas kita taun ini ikut lomba. Gue sampa lupa," celetuk Joseph sambil menyeruput es jeruknya.
"Gue cuma sampein itu. Pulang sekolah Bu Valentine nunggu di lapangan indoor," setelah berkata begitu Bram berlalu dari sana dan bergabung di meja Zayn.
"Males banget. Jam nongkrong kita jadi kurang kalo dipake buat latihan," timpal Gibran dengan muka masam.
"Tapi emang kita lagi ga bisa sering-sering main, El masih belum bisa bebas," ujar Damian.
"Bener juga," Gibran menatap El yang sedang menahan pedas. "Sampai kapan lo pulang pergi dikawal begitu?"
"Sampe orang yang nyulik nyokap gue masuk penjara," jawab El dengan wajah memerah.
"Udah ketemu orangnya?" Damian menggeser kotak tisu agar El bisa mengambilnya.
"Kata bokap udah. Tapi gue gak dikasih tau siapa orangnya."
"Ngeri juga ya musuh bokap lo. Padahal om Peter orang baik tapi tetap aja banyak musuh," cetus Joseph tak menyangka.
Mereka bertiga memang sudah mendengar kejadian yang menimpa keluarga El. Begitupun soal peristiwa mereka berempat di hadang orang berpakaian hitam, El memberitahu bahwa mereka adalah anak buah dari musuh papanya.
"Kita yang masih bocah begini aja punya musuh, apalagi kalau masalah bisnis begitu."
"Tapi menurut gue cara musuh itu kacangan sih, pake segala celakain keluarga orang yang bersangkutan," ujar Gibran dengan tangan yang sibuk merapikan tatanan rambut.
Mendengar itu Joseph langsung heboh. "Bener, gue masih inget banget tuh pas kita di cegat mafia kemarin."
"Awalnya musuh om Peter nargetin El, tapi karena gagal dia akhirnya nyulik tante Sandra," jelas Damian. "Dan tante Sandra udah bebas, pasti orang itu makin gak terima karena rencananya rusak. Bisa jadi dia bakal rencanain hal lain."
"Makanya bokap makin ketat sama gue. Ck!" keluh El dengan wajah malas. Pergerakannya terbatas semenjak dirinya di jaga oleh para anak buah Peter. Walaupun itu hanya terjadi saat dirinya berangkat dan pulang sekolah.
"Katanya lo ada pengawal pribadi?" pertanyaan Damian membuat Joseph dan Gibran ikut menatap El.
"Iya, Bos. Beneran yang waktu itu nolong kita itu bodyguard lo?" El mengangguk kecil.
"Bokap lo keluarin duit banyak dong buat bayar pengawal yang seabrek-abrek itu, apalagi kayaknya yang nolongin kita itu orang pro. Pasti bayarannya mahal tuh!" cerocos Joseph ramai.
"Peduli amat, om Peter duitnya gak bakal habis cuma buat bayar bodyguards!" Gibran menimpali.
"Eh tapi kalo pengawal lo ngawasin diem-diem gini malah serem gak sih? Dipantau dari jauh, jatuhnya kek stalker anjir," ujar Joseph dan dibenarkan oleh Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...