😈Happy Reading😈
Menepati janji untuk double up
Jangan lupa votenya yaSeperti yang sudah diduga oleh Damian tapi tidak pernah terpikirkan oleh El dan teman-temannya, pagi ini William bersama antek-anteknya datang ke Halcyon membunyikan genderang peperangan.
Untungnya El mengetahui info tersebut lebih dulu, sehingga dirinya bisa memanggil bala bantuan. Keributan di lingkungan sekolah pasti akan lebih beresiko, sebab itu El meminta anggota Demons yang berasal dari sekolah lain untuk ikut bergabung, tujuannya meminimalisir adanya korban yang tidak ada sangkut pautnya.
Bel masuk belum terdengar, membuat masih banyak siswa yang berkeliaran di luar kelas. Sekarang di depan gerbang Halcyon, siswa-siswa di sana harus menonton pemandangan yang mendebarkan.
William datang bersama gerombolan sekolahnya - SMA Bhakti Mulia, di bagian belakang kiri terlihat beberapa anak yang memakai seragam sekolah SMA Taruna dan sebelah kanan ada bala bantuan dari SMA Galaksi.
Cukup mengesankan karena William membawa romobongan anak-anak yang terkenal sebagai geng pentolan di sekolah masing-masing.
Sedangkan El, menggabungkan anak-anak kelas E dan para anggota Demons dari Tarantaka High School dan SMA Pandawa Lima, yang dengan semangatnya membolos dari sekolah mereka dan datang ke Halcyon dengan suka cita.
Bagi mereka yang menjadi bagian Demons, solidaritas adalah yang utama.
Kini El dan William berdiri dengan posisi berhadapan dengan rentang jarak yang tak terlalu jauh. Di belakang masing-masing dari mereka, pasukan sudah bersiap dengan alat tempur di tangan, tak sedikit pula yang memilih bertarung dengan tangan kosong.
"Berani juga lo datang kesini?" ucap El sinis, kedua tangannya dimasukan ke kantong celana, seragam sekolahnya masih tertutup oleh jaket hitamnya.
Para siswa yang menonton hanya bisa membatin betapa kuatnya pesona El sekarang.
"Lo pengecut banget ya sampe harus disamperin?" William tertawa remeh tanpa mempedulikan aura gelap yang dikuarkan musuhnya.
"Kalau kalah tuh terima aja. Gak usah sok mau balas dendam segala!" teriak Gibran membuat semua mata lawan menatap kearahnya.
"Bacot lo!" balas Raga - anggota Bad Blood.
"Bukannya lo yang pengecut? Pake bawa senjata?" El mengedikan dagunya menunjuk anak buah William.
"Soalnya gue pengen lo mati hari ini. Kalau gak bisa pakai tangan, harus pake senjata kan?"
Rahang El makin mengeras, wajahnya memerah dengan urat-urat yang menyembul. Dia sangat murka sekarang. Setelah semua perbuatan yang William lakukan padanya, ternyata belum membuat musuh abadinya itu puas.
"Pembunuh kaya lo gak pantes hidup, Natanael."
"Gue bukan pembunuh!" suara rendah El begitu mengintimidasi lawan.
"Kalo bukan karena lo, dia gak bakal pergi! Lo yang udah bikin dia pergi, El! Lo pembunuh!" sentak William tak kalah emosinya.
Entah kenapa William membahas masalah itu di sini. Dia memang berniat membuat El murka untuk memulai pertarungan, dan rasa dendamnya akan kejadian masa lalu, mendorong William untuk mengungkitnya.
Mata El menggelap. Auranya kini tak main-main, bahkan beberapa anggota Demons merasa takut saat ketuanya mulai melangkah maju dengan ekspresi dingin yang mengerikan.
El sangat membenci William yang selalu membawa kisah masa lalu kelamnya. Dia bukan pembunuh. Namun saat William mengatakannya, rasa sakit dan bersalah menjalar ditubuhnya membangkitkan kebencian untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...