WARNING :
Cerita part ini panjang, sampe 3400 kata.
Jadi semoga kalian gak jenuh bacanya ♥️☘️Happy Reading☘️
"Bu Valentine?"
Bukan El yang mengeluarkan suara, lelaki itu masih tak bergeming di tempat duduknya sambil menatap lekat wajah cantik gadis yang beberapa hari ini memenuhi otaknya.
Vio yang melihat sosok di belakang El membeo dengan raut terkejut, membuat teman-temannya yang merebahkan diri langsung terduduk saat mendengar nama guru itu disebutkan.
"Itu beneran Bu Valentine, kan? Bukan halusinasi?" cuit Joseph sambil menunjuk ke arah Gianna berdiri.
Mendengar itu Damian mendengus. "Samperin aja terus pegang, asli apa nggak."
Joseph menoleh pada Damian dengan wajah cengo. "Boleh? Gue sih pengen pegang pipinya. Mulus banget soalnya," selesai berkata begitu Joseph mendapat geplakan sayang dari Dicki.
"Gue duluan, udah lama gue pengen nyubit pipi Bu Valentine tapi ga berani hehe."
"Dih mesum lo pada. Inget, dia itu guru kita," tegur Gabby yang jengah mendengar obrolan keduanya. "Kaya gak ada cewek lain aja, ngincer guru sendiri."
"Dicki kan gak pandang bulu kalo deketin cewek. Nenek-nenek kalo cantik juga diembat," celetuk Samuel yang langsung dipelototi oleh Dicki.
"Sembarangan, gue pilih-pilih ya! Gak asal nyaplok aja."
Mereka yang mendengar itu tertawa, tak memperhatikan salah satu teman mereka yang sedang berusaha menahan diri untuk tidak menarik guru itu ke dalam dekapannya.
"Gak mau minum? Ya sudah saya yang minum," ujar Gianna kemudian membuka tutup botol sebelum akhirnya sebuah tangan kekar merebut botol itu.
El menegak air tersebut sampai habis setengah. Mati-matian menahan kedutan di bibirnya, El menundukan kepala agar tak ada yang melihat ekspresi wajahnya. Demi Tuhan, El tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya sekarang.
Memperhatikan El yang diam saja, Gianna menebak siswanya itu sedang kelelahan. Akhirnya Gianna melangkah mendekati gerombolan siswa E yang masih bercengkerama santai sembari menghilangkan capek.
"Saya senang kalian tetap latihan meski tidak diawasi," Gianna tersenyum pada mereka semua.
"Ibu kemana aja? Lama banget baru muncul," tanya Dicki penasaran.
"Ada urusan."
"Urusin nikahan ya, Bu?" tanya Cici mengundang perhatian mereka yang ada di situ.
"Ha? Bu Valentine mau nikah?" beo Dicki terkejut.
"Yang bener, Bu?"
Bukan hanya mereka yang terkejut, El yang duduk di belakang sana hampir tersedak ludahnya sendiri. Matanya menatap punggung gurunya dengan pacuan jantung yang berantakan. Menanti sahutan dari mulut Gianna, berharap guru itu menampik pertanyaan ngawur dari Cici.
Gianna tertawa renyah. "Siapa yang menikah? Saya cuma liburan sebentar — naik kereta."
Seketika El menghela nafas lega. Mulutnya mengumpati Cici tanpa suara sebab teman sekelasnya itu sudah melontarkan pertanyaan yang super duper gila. Bahkan tadi El menahan nafas selama menunggu Gianna menjawab.
"Ibu enak-enak liburan padahal di sini ada siswanya yang lagi galau," cetus Damian bermaksud menyindir El.
"Siapa?" tanya Joseph dengan kening mengerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...