Empat tujuh

26.2K 4.6K 107
                                    

Kalian bisa baca FOUR versi PDF (beda dengan versi wattpad). Ada 420 halaman dengan harga 50K yang bisa kalian beli di Karyakarsa ya!

Cara belinya gimana, Kak? 
Bisa ke aplikasi atau website karyakarsa dan ketik nama aku "helloimnella" di pencarian, nanti muncul terus tinggal klik aja deh karya FOUR. 

Pembayaran bisa dilakukan dengan banyak metode pembayaran, bisa langsung cek, ya! Atau kalau masih bingung bisa hubungi aku di instagram helloimnellaaaa.



☘️Happy Reading☘️

Joseph terbangun dari tidurnya kala mendengar suara bising yang mengusik mimpi indahnya. Mengelap ujung bibirnya yang basah dengan punggung tangan, kelopak mata lelaki itu mulai terbuka perlahan.

Mulutnya menggumam tak jelas karena tidurnya terganggu, kemudian mencari kesadaran dengan mengerjapkan mata lalu menguceknya kasar.

Lelaki itu meringis saat merasakan pusing di kepalanya. Ini pasti efek mabuk semalam. Meski dia tak mengingat dengan jelas apa yang terjadi, dia masih ingat betul bagaimana rakusnya dia menegak wishky.

Dan ketika ingatan itu masuk, mata Joseph membuka dengan sempurna bahkan melotot. Dia ingat, semalam dia minum bersama guru bahasa inggrisnya.

Mengedarkan pandangan dengan posisi yang belum berubah, Joseph bisa melihat isi rumah yang terlihat asing. Sepertinya tadi malam Miss Valentine yang membawanya pulang ke sini. Joseph menebak tempat ini adalah rumah gurunya itu.

Saat meregangkan otot, Joseph yang tak sadar kalau dia tidur di sofa, terguling ke bawah dan menimbulkan suara dentuman keras saat tubuhnya menghantam lantai.

"Argh!" erang Joseph. Tangannya mengelus punggung yang terasa pegal.

Dengan gerakan malas, Joseph mencoba berdiri meski kepalanya masih pening. Sekarang dia butuh air untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Tanpa sengaja, hidung Joseph mencium aroma masakan yang langsung menggugah rasa laparnya.

Kakinya tergerak mengikuti insting menuju asal bau. Sampai di dapur, Joseph mendapati seorang gadis dengan kaos kedodoran dan celana training, sedang memasak sambil bersenandung kecil.

"Ehem," Joseph berdehem canggung saat Gianna memutar tubuh dan menatapnya.

"Morning, Joseph," sapa Gianna dengan senyuman hangat.

"E-eh iya, Bu," balas Joseph. Lelaki itu berdiri kikuk di samping meja pantri.

"Cuci muka dulu, setelah itu kita sarapan bersama," suruh Gianna lalu menunjuk ke satu arah dengan tangan kanannya. "Kamar mandinya di sebelah sana."

Sementara Joseph pergi untuk mencuci muka, Gianna menyelesaikan acara memasaknya. Menata dua mangkok soup hangat serta satu piring pancake. Dia juga meletakan satu gelas susu dan dua gelas air putih di meja makan.

Joseph kembali dengan keadaan yang lebih segar. Masih dalam mode canggung, Joseph bingung harus melakukan apa. Jika biasanya dia akan luwes melucu, kali ini lidahnya terasa kelu hanya untuk berbicara pada gurunya yang kini terlihat seperti remaja seusianya.

Jujur, tadi Joseph sempat terpesona walau Gianna hanya memakai baju rumahan biasa dan rambut yang di kuncir kuda. Benar-benar terpancar kecantikan natural. Lelaki mana yang tidak akan terpesona atau bahkan jatuh cinta pada gadis seperti ini.

Pantes aja El bucin sama guru sendiri, batin Joseph.

"Ayo duduk, Joseph. Jangan malu-malu," ujar Gianna melihat Joseph hanya berdiri memperhatikannya. "Ini. Minum teh dulu," gadis itu menyodorkan segelas teh hangat yang langsung diterima oleh Joseph.

FOUR (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang