Happy Reading
Natanael Sevarino Kalandra.
Putra tunggal dari keluarga Kalandra. Ayahnya yang bernama Peterson Immanuel Kalandra adalah seorang pembisnis terkemuka dibidang properti dan perhotelan. Kemudian bersama sang istri - Natalie Sandra - mereka membangun beberapa yayasan pendidikan dan kesehatan.
Halcyon International High School adalah salah satu sekolah yang di miliki oleh keluarga Kalandra.
El memiliki paras tampan yang selalu di minati perempuan. Lekuk wajah yang tegas dan terkesan dingin, rahang yang kokoh, garis bibir yang tipis, mata elang yang tajam dan alis tebal yang rapi. Sejujurnya wajah El bisa di deskripsikan lebih dari itu.
Sebagi most wanted di sekolah bersama ketiga sahabatnya, popularitas El di sekolah sangatlah menonjol. Tentu saja bukan karena dia tampan dan pintar tapi karena kelakuannya yang badboy maksimal.
Image yang menempel pada diri El yang terkesan cuek dan dingin, membuat pesonanya makin bertambah. Berbeda dengan ketiga sahabatnya yang ceplas-ceplos, El lebih suka diam memperhatikan. Dia hanya akan membuka suara jika dirasa perlu.
Untuk masalah baku hantam di sekolah, El juga membiarkan Damian maju duluan. Tapi tidak dengan di luar sekolah, sebagai pemimpin Demons, El selalu maju paling depan di barisan jika ada yang berani mengusik mereka. Musuh mereka tidak bisa dibilang sedikit di luar sana.
Meski kesan cuek dan dingin yang El miliki, tak urung banyak perempuan yang ingin mendekati. Terlebih anak kelas sepuluh dan sebelas yang tak terlalu tahu bagaimana beringasnya seorang Natanael.
Berbanding terbalik dengan imagenya di luar, El selalu mempunyai sifat manja pada sang mama. Hubungan harmonis dengan kedua orang tuanya membuat El tak pernah kekurangan kasih sayang dan perhatian.
"Natanael," suara tegas Peter memulai pembicaraan di meja makan.
Tanpa menunggu jawaban sang anak, Peter melanjutkan. "Papa pikir kamu bakal berhenti tapi malah makin menjadi-jadi. Selalu bully anak-anak lemah, berkelahi, bolos sekolah, merokok dan bahkan ngerjain guru."
El masih mengunyah makanannya dengan diam. Bukannya tak peduli dengan omelan papanya, hanya saja dia sudah terbiasa.
"Guru harusnya kamu hormati tapi malah kamu jadikan bahan mainan. Apa papa pernah ngajarin kamu hal seperti itu, Natanael?" tanya Peter dengan suara yang meninggi.
"Ck. Lagian itu bukan ide El," sanggah El tak terima.
"Dan kamu gak larang teman-teman kamu. Malah dukung mereka. Untung kamu anak papa, kalau gak sudah papa tendang kamu dari dulu," sungut Peter karena anaknya terkesan tak peduli.
"Kamu pikir kamu jadi keliatan hebat dengan kelakuan kaya gitu? Papa selama ini biarin kamu ngelakuin ini itu biar kamu bisa mikir! Kamu udah besar harusnya tahu mana yang baik dan buruk!"
"Udah, Pi," sela Sandra menangkan sang suami. Dia mengelus pelan lengan Peter guna meredam kemarahannya.
"El sayang, coba kamu pikirin baik-baik ya. Mau sampai kapan kamu bersikap kaya gini? Kasihan guru-guru kamu juga. Mereka selalu berusaha buat berbagi ilmu dengan kalian tapi malah diperlakukan seenaknya. Jangan begitu lagi. Mama ga suka anak mama jadi anak yang kurang ajar sama orang yang lebih tua. Ngerti kan sayang?" ujar Sandra mencoba memberi pengertian pada anak lelakinya.
"Iya, Ma," sahut El pelan.
El tidak menyesal atau merasa bersalah. Tidak. Dia hanya malas mendengarkan omelan orang tuanya. Jika dia harus menjadi anak baik-baik, bukankah masa remajanya di sekolah terlihat membosankan?
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...