Tiga belas

33.2K 4.9K 145
                                    

Happy reading

SRETT!!

Semua mata melebar saat terdengar bunyi kain yang sobek. Begitu pula dengan Bu Melanie yang mematung sebelum akhirnya menutup bagian belakang tubuhnya dengan tangan.

"HUWAHAHAHHAHAHA."

Tawa kencang memenuhi kelas E, membahana sampai ke lorong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawa kencang memenuhi kelas E, membahana sampai ke lorong. Beberapa anak tertawa sambil memegangi perut, bahkan ada yang memukul-mukul meja saking tidak kuatnya tertawa.

"Ka-kalian..." suara Bu Melanie tercekat. Runtuh sudah wibawa dan harga dirinya sebagai seorang guru.

"Warna pink woi!"

Ucapan Zayn makin menambah kadar tertawa mereka.

"ADA APA INI?!"

Suara menggelegar milik Bu Sari langsung menyela di tengah-tengah keriuhan yang terjadi di kelas E. Pasalnya suara gaduh mereka sampai terdengar hingga lantai dua.

Beberapa dari mereka berdecak kesal karena keseruan mereka harus terhenti. Dan beberapa yang lain masih belum bisa menghentikan tawa.

Melihat wajah pucat Bu Melanie yang berdiri di depan papan tulis dengan badan gemetar dan tangan yang masih menutupi bagian belakang, Bu Sari langsung menghampiri dengan raut khawatir.

"Kalian ini ya! Sudah kelas dua belas bukannya belajar dengan benar malah membuat masalah terus!" dengan hati-hati Bu Sari menuntun Bu Melanie untuk keluar kelas.

Sesampainya di pintu, Bu Sari kembali bertitah. "Kalian semua ibu hukum. Berdiri di lapangan sampai jam istirahat!"

"Ah ibu kan lagi panas banget!" gerutu Irisih kesal.

"Iya bu! Mana istirahat masih satu setengah jam lagi!"

"GAK BOLEH DIBANTAH ATAU HUKUMANNYA IBU TAMBAH!!

Dengan perasaan kesal, anak-anak kelas E keluar satu per satu menuju lapangan yang yang biasa dipergunakan untuk upacara bendera. Sekolah mereka yang luas dengan fasilitas mewah memang mempunyai beberapa lapangan yang digunakan untuk masing-masing keperluan.

"Sial! Gue laper lagi!" Damian mengelus perutnya yang keroncongan.

"Bu sari suaranya bikin kuping gue berdengung tau gak!" ucap El kesal.

"Hahaha! Tapi gue puas sumpah udah ngerjain guru lemot itu," ujar Gibran sambil terkekeh.

"Yoi! Gue jadi ga sabar nunggu giliran Bu Valentine," sahut Joseph antusias.

"Lo beneran liat punya Bu Melanie tadi, Dam?" tanya Gibran pada Damian yang berdiri di sebelahnya dengan peluh yang sudah banjir.

"Kagak. Si Zayn noh yang liat."

"Woi Za! Yang tadi beneran warna pink?" teriak Gibran karena Zayn berdiri sedikit jauh darinya.

"PINK FANTA!!" balas Zayn di seberang sana.

FOUR (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang