Dua delapan

31.5K 4.9K 119
                                    

Happy Reading

Ruangan kantor itu nampak sunyi, hanya terdengar suara ketikan keyboard dan gesekan kertas yang memenuhi ruangan. Fabian nampak sedang menatap layar tabletnya dengan wajah serius, sedangkan Glen- sekretaris pribadi Fabian - terlihat sibuk dengan bertumpuk bekas dan laptop di meja sofa, mengerjakan pekerjaan yang Fabian limpahkan padanya.

Wajah Fabian mulai memerah menahan amarah tatkala membaca news online di tabletnya. Berita tentang perkembangan bisnis yang dilakukan salah satu pesaing bisnisnya menjadi berita hangat hari ini.

Pengusaha sukses dan terkenal sekaligus pendiri Skyscraper Group - Peterson Immanuel Kalandra, baru saja mengumumkan perencanaan pembangunan hotel baru di daerah Jakarta Selatan. Mengingat kesuksesan pengusaha tersebut, pembangunan hotel ini akan menjadi proyek ke-7 dari Skyscraper Group yang berhasil menggemparkan perhatian publik.

Brak!

Glen yang sedang serius mengetik laporan terlonjak kaget saat atasannya membanting tablet ke meja. Bersikap profesional, Glen melanjutkan pekerjaan dengan tenang seperti biasanya. Bertahun-tahun bekerja dengannya, membuat Glen memahami betapa arogan dan ambisiusnya seorang Fabian Madaharsa, pendiri Blue Sky Development.

Sama-sama bergelut dalam bisnis properti, menjadikan Fabian dan Peter bersaing ketat. Dari sudut pandang Fabian, Peter adalah pesaing dan musuh terbesarnya. Peter selalu bergerak selangkah lebih maju daripada dirinya.

Fabian memijit pelipisnya yang berdenyut karena menahan emosi. Dirinya masih belum menemukan para investor untuk proyek mendatang dan itu membuatnya harus memutar otak agar bisa mengalahkan Peter.

Belum lagi berita yang turun minggu lalu tentang perusahaan konstruksi ternama, Royal Kingdom Construction yang di akusisi oleh Peter.

Fabian harus berbuat sesuatu. Dia harus mengalahkan Peter atau membuatnya hancur, baik perusahaan maupun keluarganya.

Haruskah dia menjalankan rencana selanjutnya sekarang?

Setelah emosinya sedikit mereda, Fabian meraih ponsel dan mendial nomor tanpa nama.

"Halo, saya ingin rencana itu dijalankan sekarang. Mulai bergerak!"

Selesai memberikan perintah, Fabian melempar ponsel ke meja dan tersenyum penuh arti. Glen yang melihat dan mendengar itu semua hanya diam, mungkin sebentar lagi juga akan ada perintah yang diturunkan untuknya.

***

Pemandangan hari ini di kelas E cukup janggal, suasana sangat ramai padahal jam istirahat belum habis. Jika hari-hari biasanya mereka menghabiskan waktu di kantin dan akan kembali saat bel berbunyi. Tapi di hari selasa ini sedikit berbeda.

Ada beberapa di antara mereka yang duduk dengan tenang sekembalinya dari kantin kemudian membuka buku.

Ini dia yang janggal dari kelas E. Mereka belajar!

"Emang kalian mau minta apaan sih kalau nilainya bagus?" Gibran mengerutkan kening heran melihat tingkah teman sekelasnya.

"Gue mau minta beliin mobil aja kali ya," sahut Zayn seraya mengelus dagunya.

"Kaya orang miskin aja lo. Tinggal minta bokap," balas Gibran membuat Zayn mendengkus.

"Kalo gue dapet nilai bagus. Gue mau minta Bu Valentine turutin kemauan gue," ujar Irish dengan gaya songongnya.

"Emang kemauan lo apa?"

"Jadiin dia babu gue sehari."

"Widih, boleh juga tuh. Lumayan bisa suruh-suruh dia," celetuk Galang.

FOUR (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang