Delapan belas

33.7K 5.5K 164
                                    

Happy Reading

Double Up nih
Jadi jangan lupa ajak temen kalian ke cerita ini ya ^^

Gianna mengeluarkan belanjaan yang tadi dia beli di minimarket sepulang dari sekolah di atas meja pantry. Dua susu kotak ukuran 500ml ia masukan ke dalam lemari pendingin, begitu juga dengan beberapa kaleng beer dan coke.

Selesai beberes, Gianna bermaksud untuk mandi karena badannya terasa lengket. Sebelum masuk ke bilik shower, Gianna mengambil perwarna rambut yang dikemas sebagai shampo sehingga sangat mudah untuk diaplikasikan. Dia baru saja membelinya tadi di minimarket.

Rambutnya sudah semakin panjang, membuat rambutnya yang baru tumbuh terlihat. Gianna memang sengaja mewarnai rambutnya agar terlihat berbeda dari dirinya yang asli. Meski dia sendiri tak yakin hal itu membantu penyamarannya.

Tubuhnya terasa lebih segar setelah mandi. Rambutnya yang basah sudah terbungkus handuk kecil agar airnya tak menetes dan membantunya lebih cepat kering.

Gianna hendak menyalakan kompor untuk memasak, saat telinganya menangkap suara dari arah ruang tamu.

Dengan gesit, Gianna mengambil pistol simpanannya dari laci dapur. Mengendap pelan dengan sikap siaga, Gianna menuju asal suara.

"Siapa kau?" Gianna menodongkan pistol saat melihat siluet seorang pria asing.

Posisi pria itu berdiri membelakangi Gianna, membuat mode waspada Gianna meningkat.

Tangan lentiknya bersiap menarik pelatuk saat dilihatnya pria itu masih diam. "Hei, who are you?!" desisnya tajam.

Pria itu terlihat santai ketika membalikan badan dan melihat Gianna menodongkan pistol ke arah kepalanya. Senyuman yang sangat tipis terbit di bibirnya.

"Hai, Four!" sapanya singkat dan datar.

Mata Gianna membelalak saat melihat wajah si pria. Detik berikutnya dia menghambur dan memeluk leher pria itu dengan kedua kaki yang melingkar erat di pinggang. Pistolnya ia lempar sembarangan.

Meski sedikit terkejut dengan tingkah Gianna, pria itu tak menolaknya.

"Oh good to see you, One," pekik Gianna senang. Wajahnya tenggelam di bahu lebar milik One.

Puas dengan pelukannya, Gianna memundurkan wajahnya dan menatap One dengan mata berbinar. Dia sangat senang karena bisa bertemu seorang One!

"Oh astaga, kau makin tampan," goda Gianna dengan menangkup wajah One dengan kedua tangannya. "Kau lebih tampan dari Zero."

One memutar bola matanya malas dan berdecak kesal. "Turun!"

Gianna menggeleng pelan. "Aku masih merindukanmu."

Hubungan Gianna dan One tak bisa dikatakan dekat. Pertama kali melihat sosok One, Gianna sangat menyukai pria itu. Parasnya yang luar biasa tampan dengan tubuh atletis yang mempesona, siapa yang tak memujanya?

Kekagumannya bertambah setelah melihat skill yang di miliki One. Dari situlah Gianna selalu gencar berlatih agar bisa menyamai kemampuan One dalam menjalankan misi.

Sosok One yang terkesan dingin dan sedikit arogan membuat Gianna tak bisa mendekati pria itu dengan mudah. Mereka hanya pernah bertemu dan berbicara beberapa kali.

Beberapa lama kemudian Gianna mendengar kabar bahwa One harus berhenti bekerja sebagai pembunuh bayaran dan pergi ke luar negeri. Gianna sedikit kecewa karena sudah tidak punya kesempatan untuk menikmati paras tampan itu.

FOUR (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang