Happy Reading
Sabtu malam El sedang bersiap untuk pergi bersama teman-temannya ke arena balap. Kegiatan akhir minggu yang sangat El sukai. Selain hanya untuk keseruan dan pelepas stress, balapan juga menjadi salah satu ajang untuk mencari nama dan gengsi. Walau tentu saja El sudah menyandang nama sebagai penguasa jalanan.
El sebagai pembalap yang selalu mendapat kemenangan, sangat di segani oleh para kelompok geng kecil yang tak jarang ikut dalam balapan tersebut. Tak ayal nama El sudah terkenal seantero kota sebagai sosok yang kuat dan ditakuti. Apalagi keahliannya berkelahi mampu membuat mereka tunduk dan akhirnya bernaung di bawah kakinya.
Selesai bersiap, El turun dari kamarnya dengan penampilan yang mempesona. Celana jeans hitam yang robek dibagian lutut dan juga jaket kulit di bagian luar kaos hitam yang membungkus tubuh atletisnya.
"Maaaa...El pergi dulu ya," pamit El kepada orang tuanya yang sedang mengobrol di ruang keluarga dengan tenang.
"Mau kemana kamu?" Sandra - Mama El - menatap El dari atas sampai bawah. Begitupun Peter - sang Papa.
"Balapan dong!"sahut El enteng.
"Oh, mau bunuh diri," balas Peter tanpa dosa. Dia kembali menyibukan diri dengan layar TV yang menyala di hadapannya.
"Wah Ma! Papa suruh aku bunuh diri!" El menghambur ke sofa dan duduk di samping Sandra sembari merengek.
Sandra melirik tajam ke arah suaminya yang pura-pura acuh. Suaminya ini memang kadang suka membuat lelucon aneh. Kemudian Sandra menoleh pada El yang sudah memeluknya dari samping dengan manja.
"Kamu main terus. Kapan belajarnya?" ucap Sandra lembut.
Mendengar kata-kata Mamanya yang selalu sama setiap hari, El berdecih malas. "Ck, Mama kan tau El ga suka belajar." Pelukan El terlepas lalu beranjak dari sofa sebelum Mama atau Papanya kembali melontarkan nasihat yang tak ingin dia dengar lagi. Biasanya masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Tapi khusus hari ini El sedang tidak ingin mendengarnya.
"El pergi ya!" pamitnya sekali lagi.
"Hati-hati! Jangan ngebut!" ujar Sandra sedikit berteriak.
"Jangan mati ya, Nak!" Peter tak mau kalah.
El hanya terkekeh pelan di atas motornya. Itu balapan apa naik odong-odong? Masa gue gak boleh ngebut.
Motor Ducati Panigale V4 milik El berhenti di gerombolan temannya yang sedang menunggu. Tak jauh dari posisi mereka juga terlihat kerumunan orang yang datang untuk menonton atau mengadakan taruhan. Damian dan Gibran sudah ada di sana. Duduk di atas motor masing-masing dengan rokok terselip di jari.
Mereka yang sedang mengobrol dengan anak-anak lain langsung menoleh ketika El berjalan mendekat dengan gagah.
"Woi El!" sapa Damian dengan gaya tengilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...