Happy Reading
Pintu gerbang sekolah sudah tertutup 5 menit yang lalu dan El berserta ketiga sahabatnya masih duduk manis di warung Bu Iis yang ada di belakang bangunan sekolah.
Warung yang menjadi tempat pelarian favorit bagi siswa yang bolos atau sekedar untuk berkumpul setelah pulang sekolah.
"Masuk yok!" ajak Joseph setelah menyeruput habis es teh nya.
"Males," sahut Damian yang masih asyik dengan ponselnya.
"Jadi bolos aja nih?" Gibran menatap ketiga temannya bergantian dan dibalas dengan anggukan.
Senyuman Gibran melebar. Akhirnya setelah sekian lama tak membolos, dirinya bisa berleha-leha di warung Bu Iis. Gara-gara Miss Valentine, kesempatan membolos tak pernah terlihat lagi.
Mereka berempat membolos sampai bel istirahat pertama berbunyi. Berjalan santai sambil membawa tas, mereka pergi ke kelas.
Sayangnya, tujuan mereka belum terlihat saat Bu Sari menghadang jalan mereka dengan tatapan galak. "Bolos lagi?"
"Ibu ngagetin aja!" gerutu Joseph sambil mengelus dadanya.
"Kalian gak bosen ya dihukum? Sekarang ikut saya!" titah Bu Sari tak terbantahkan membuat bahu mereka berempat merosot.
"Ini kan jam istirahat, Bu. Nanti aja ya dihukumnya. Rame tuh bu lapangannya lagi di pakai main," tunjuk Gibran ke arah lapangan yang sedang digunakan bermain basket oleh para adik kelas.
"Siapa bilang saya suruh kalian ke lapangan?" Bu sari mengernyitkan kening.
"Biasanya kan ibu suruh kita lari keliling lapangan," jawab El malas.
"Hukuman itu sudah tidak berlaku. Ayok cepat!"
Bu sari menggiring mereka berempat menuju lapangan indoor. Tentu saja mereka bingung karena tak pernah masuk ke ruangan ini. Lapangan indoor ini di gunakan untuk kegiatan ekstrakulikuler panahan.
Sebagai sekolah bertaraf internasional sudah pasti fasilitas nya lengkap dan mewah.
"Kalian tunggu di sini!" setelah berkata seperti itu, Bu sari pergi meninggalkan empat siswa yang cengo.
"Ngapain anjir!" Damian melihat sekeliling.
"Gue baru tau ada tempat kaya gini di sekolah kita selama 3 tahun di sini!" celetuk Joseph dengan pandangan takjub.
"Iya. Gue juga. Keren ya," Gibran menimpali.
Di lapangan khusus memanah ini banyak sekali perlengkapan panahan yang menarik mata. Seperti busur panahan yang berbeda jenis.
Ada tiga macam busur panahan yang menggantung di rak besi.
Ada busur tradisional atau Long Bow yang bentuknya berupa kayu panjang yang diikat dengan string atau senar.
Lalu ada juga busur modern atau recurve yang sering dipakai di berbagai lomba dan olimpiade panahan.
Dan terakhir ada compound. Diciptakan sekitar era 70-an, busur ini didesain untuk membidik dengan pas. Compound dilengkapi dengan katrol (cam), yang berfungsi sebagai penahan beban tarikan saat melakukan tarikan penuh (full draw). Dengan begitu, busur jadi stabil dan anak panah melesat lebih cepat.
Selain busur panahan, perlengkapan memanah lainnya juga terlihat rapi di simpan di rak. Seperti anak panah yang tertata rapi di quiver, arm guard dan chest guard.
Beberapa papan target panah juga berdiri tegak tak jauh dari posisi ke empat siswa yang sedang menunggu hukuman datang.
Saat sedang seru mengamati lapangan, suara langkah seseorang yang menggema membuat mereka menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...