Happy Reading
Malam ini Gianna sudah berada di rumah One. Tadi sore lelaki itu mengirimkan alamat via message dan memintanya datang.
Gadis itu sedang sibuk menjelajah setiap sudut rumah yang terbilang luas dan mewah, lebih besar dari rumahnya. Gianna sedikit menggerutu karena lelah dan juga iri dengan rumah yang dimiliki lelaki dingin itu.
Selesai berkeliling, Gianna duduk di sofa empuk yang berseberangan dengan posisi One.
"Rumahmu sangat bagus. Aku jadi ingin tinggal di sini," ujar Gianna yang langsung mendapat pelototan dari pemilik rumah. "Jadi kenapa memintaku datang?"
"Pamer," jawab One singkat membuat Gianna mendengus kesal.
"Aku ingin menunjukan sesuatu padamu," lanjut One kemudian berdiri dan meminta Gianna mengikutinya.
Langkah kaki membawa mereka menuju lantai basement, setelah pintu lift terbuka, Gianna di suguhkan dengan pemandangan langka yang sudah lama tidak dilihatnya. Mulut gadis itu menganga lebar, antara kaget dan juga takjub.
Ruangan luas itu adalah tempat dimana One menghabiskan hari-harinya untuk bekerja. Sebuah control room.
Banyak sekali layar-layar monitor dengan berbagai ukuran. Selain itu banyak juga tombol kontrol dan keyboard serta kabel-kabel yang melilit di sana. Bisa dipastikan ini adalah ruangan bagi seorang profesional. Karena One adalah seorang hacker handal.
"Wah, aku semakin ingin tinggal di sini!" pekik Gianna senang tanpa memperdulikan One yang berdengus kesal.
Gianna berlari kecil mendekati meja kontrol. Tangannya menyentuh dan mengusap pelan benda-benda yang ada di sana. Dia sedikit merindukan markas Dark Blood.
"Sudah berapa lama kau jadi hacker?" tanya Gianna menoleh pada One.
"Sejak tinggal di sini. Dulu selain sebagai pembunuh, aku juga merangkap hacker," jawaban One membuat Gianna mengangguk kecil.
"Lalu kau bekerja untuk siapa?"
"Siapa saja yang membayarku."
Untung Gianna tidak meninggalkan kesabarannya di rumah, berbicara dengan One memang membuat mulut lelah sendiri.
Akhirnya Gianna hanya diam dan mendudukan diri di kursi panas, matanya menatap layar besar di hadapannya yang menunjukan puluhan rekaman CCTV dan navigasi.
Gianna tidak terlalu paham tentang dunia komputer, tapi menurutnya One sangat hebat. Dia bahkan bisa memutus sinyal telepon di sekolahnya waktu itu.
Menyusul Gianna, One menarik kursi di sebelahnya dan duduk menyandarkan punggung. "Aku ingin tahu, apa yang kamu katakan pada guru-guru di sekolah hingga membiarkanmu menyiksa murid-murid itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR (Selesai)
Teen FictionTersedia versi PDF di Karyakarsa Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sekolah. Sampai dirinya terjun bergabung dengan sebuah organisasi 'Cr...