Chapter 27: Hopeless

13.4K 1.2K 65
                                    

"A apa?"

Elios semakin mengeratkan pelukannya pada Evelyn "Ya, aku yang sudah melakukannya."

Bahu Camila naik turun menatap Elios dengan nyalang.

"Berani sekali kau,"

"Tahukah bahwa kau sangat tak pantas untuk anakku!"

"Tak tau diri!"

Pria itu menatap Camila enteng.

"I ibu- itu tidak benar kak El tak pernah memaksa.... Ev yang melakukannya sendiri." Seru Evelyn

Elios tertawa sinis "See?"

Camila menatap Evelyn tak percaya "Apa kau tak sadar Evelyn, bahwa kau sangat bodoh?"

"Memberikan tubuhmu dengan percuma hanya karena cinta?"

"Di dunia ini cinta adalah palsu. Bahwa kasih sayang adalah ilusi. " Ujar Camila.

Benar, Camila tak percaya dengan cinta. Toh, mendiang suaminya jugalah yang sudah membuatnya seperti ini, yang membuatnya tak percaya lagi apa arti ketulusan dan kasih sayang.

Karena perselingkuhan yang suaminya lakukan membuat Camila yang dulunya adalah wanita baik hati berubah menjadi iblis.

Camila membuang muka. Ia sangat benci jika harus mengingat wajah itu lagi. Wajah yang mampu membuat hatinya sesak seperti ada sebuah tangan tak kasat mata yang meremas kuat hatinya.

Saat itu dirinya hancur. Hancur layaknya sebuah kaca yang jatuh berkeping keping.

Evelyn menggeleng keras "Ibu, salah paham. Ayah sudah menjelaskan semuanya pada Ev jika-"

"Diam!!" Teriak ibunya. Evelyn kaget, ia menatap lantai sambil memperat pelukannya pada Elios.

Tatapan Luna melemah, itu benar sebelum ayahnya meninggal dulu ayahnya sempat mengatakan segalanya pada ia dan juga Evelyn. Tapi ibunya memilih untuk tak percaya dan pergi meninggalkan ayahnya yang sedang sakit sendirian di rumah itu.

Elios tau apa maksud Camila. Tentu ia tau masa lalu Camila. Ia tau semuanya mengenai apa yang berada di sekitar Evelyn.

"Aku akan memberikanmu uang setiap bulannya dan membelikanmu mansion yang mewah jika kau merestui pernikahanku dengan Evelyn."

"Pernikahan?!! Kau sudah gila?!! Evelyn masih sekolah!!"

"Masalah pendidikan adalah hal yang mudah aku bisa mengurus semua surat kelulusannya walau ia berhenti sekarang. Itu bukan hal yang sulit."

"Itu tak kan mungkin bisa."

"Bisa, jika kau memiliki banyak uang."

Camila memijat pelipisnya. Yah, sebenarnya ia tak rugi jika Evelyn menikah dengan Elios karena keluarga Lison sesungguhnya lebih kaya dari Capulet.

Jika saja tak ada bekas luka yang ada pada wajah Elios mungkin saja dirinya akan berusaha membuat Evelyn menjalin hubungan dengan pria ini sejak lama.

"Pikirkan sekali lagi nyonya. Mumpung aku sedang meminta baik baik."

Camila mendekati Evelyn lalu menyeret tangan itu. Ia berbicara dalam sambil menunjuk pada Elios "Tidak dan tidak akan pernah! Aku tak akan sudi jika anakku menikah denganmu. Walau kau kaya melebihi Capulet sekalipun."

Evelyn menggeleng "Tidak ibu, Ev ... Ev mencintai kak El."

"DIAM!!"

"Setelah bayi itu gugur kita akan kembali ke Prancis!"

"Bu, harapan kita tinggal di Prancis tak ada lagi. Tak akan ada yang mau nerima kita di sana. Ibu juga akan berlarut larut dalam kesedihan kalau kita tinggal disana kan. Kali ini bu, Ev minta sesuatu. Tinggal disini dengan Ev, dengan kak El dan terima bayi Ev. Kita akan hidup bahagia."

"Tidak dan tak akan pernah. Tau apa kau tentang Prancis. Kau masih kecil, kau harus menuruti ibumu Ev!!'

Evelyn mengangguk.

"Baiklah, jika ibu bersikeras ingin memisahkan Ev dengan kak El dan bayi Ev. Maka..."

Evelyn mengambil sebuah pedang yang bergantung manis di dinding, pedang perak yang menjadi hiasan ruangan itu. Pedang yang berkilat menunjukkan bahwa dirinya sangatlah tajam.

"Ev!!" Teriak Luna tak percaya.

Saat melihat Evelyn menodongkan pedang tersebut ke lehernya sendiri.

"Lebih baik Ev dan anak ini mati!"

"Kau gila!!"

Camila sungguh tak percaya, bagaimana mungkin Evelyn bisa tergila gila dengan Elios seperti itu.

Ia segera menoleh ke arah Elios dan tak segan menampar pria itu ditempat "Kau sudah mencuci otak putriku. Dia sudah rusak. Taukah kau, bahwa perasaan yang kau rasakan ini bukan cinta. Tapi obsesi!! Pria brengsek!!"

Elios tak menggubrisnya ia hanya menatap Camilla dingin seraya berlalu begitu saja. Ia melangkah menuju Evelyn tatapan wanita itu terlihat kosong. Mata yang dipenuhi dengan keputusasaan.

Elios menatap Evelyn dengan tatapan senang. Tanpa ada yang tau saat ini perasaan bahagia yang meletup letup sedang bersemayam dalam dirinya.
Bahagia, bahagia rasanya sampai ia ingin mati. Bahagia karena akhirnya wanita itu berhasil ia genggam seumur hidup.

Ya! Evelyn harus begini. Evelyn harus begini, tak bisa hidup tanpanya dan kecanduan akan dirinya.

Ia bersumpah kali ini tak akan ada yang bisa memisahkan mereka. Tak akan! Bahkan walau harus mati dengan tubuhnya yang hancur walau harus tubuhnya dibakar akan ia genggam Evelyn sampai mati.

Langkah Elios semakin dekat. Elios menggeleng dan tersenyum ia mengelus lembut pipi Evelyn dengan punggung tangannya "Aku masih ingin bersamamu lebih lama."

Elios mengenggam tangan Evelyn mengambil alih pedang itu lalu meletakkannya ke atas meja nakas "Jangan melakukan hal ini sayang. Kak El tak suka,"

Elios memeluk tubuh itu. Membawanya ke dalam pelukan paling dalam. Rasa nyaman dan hangat menelusuri hatinya. Evelyn nya, Evelyn nya yang sangat ia cintai.

"Mungkin sekarang sulit. Tapi percayalah sayang suatu hari nanti kita akan bahagia bukan hari ini tapi suatu hari nanti."

"Percaya dengan kakak sayang, walau nanti kaka tak ada. Kakak tetap akan datang ke mimpi Ev menyanyikan lagu dan membuat Evelyn tersenyum."

"Ev juga."

Elios membalikkan tubuhnya menatap Camilla "Ini adalah kali pertama aku mengucapkan terima kasih pada orang lain."

"Terima kasih karena melahirkan pengantinku."

Dada Camilla naik turun. Tangannya menggepal sempurna baru kali ini seumur hidup ia merasakan perasaan marah yang tak bisa terbendung. Harga dirinya terasa diinjak.

"Jika aku tak bisa mengembalikan mu ke Prancis Evelyn. Aku bersumpah kalian dan anak itu akan ditimpa kemalangan dan penderitaan seumur hidup."

Jeda

"Hati hati," Elios menatap tanpa ekspresi " Setiap doa selalu kembali ke pemiliknya. Baik yang baik."

"Maupun yang buruk."

***

Am I Scary?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang