Chapter 34: How dare you.

10.1K 943 73
                                    

Skizo. Salah satu gangguan jiwa yang Elios derita. Namun, apakah kamu berpikir jika penyakitnya itu hanya satu?

Tidak.

Skizo, hanyalah bagian dari salah satu dari banyaknya penyakit yang saat ini sedang di derita baik tubuh maupun jiwanya. Tentu, penyakit penyakit itu sudah lama menghisap jiwa dan raganya. Tapi, apa El perduli? Tentu tidak. Baginya itu hanya penyakit biasa yang akan sembuh seiring berjalannya waktu.

Lagi pula ia adalah pria kuat yang berhasil menghabisi puluhan orang dalam satu kali tebasan.

Terbukti dengan saat ini. Ia sedang membantai seorang pria yang mencoba untuk masuk ke hutan terlarang. Dan siapa sangka pria itu berhasil menemukan mansion tua miliknya. Dan berhasil melihat seorang Evelyn dari atas sana dengan tatapan lapar.

Berhasil melihat malaikatnya. Berhasil melihat salah satu keindahan yang ia punya. Yang ia mati matian berusaha untuk menyembunyikannya dari semua orang.

Musim salju kini sudah berganti. Menjadi musim semi. Musim dimana para bunga mekar kembali. Namun tampaknya mekar bunga itu tak berlaku di hutan ini. Karena mekarnya terselimuti darah.

Elios membantainya dengan membabi buta di balik ilalang hutan lebat itu. Dengan sisa nyawanya.

Pria yang tadinya sedang berbaring pasrah dengan perut yang koyak. Kini menggulungkan tangan layaknya sedang memohon pada Tuhannya.

"Am....pun. Am....pun...."

Elios mengangkat pisau tinggi setinggi tingginya. Dan dalam sekali hantaman.

Blukk

Mata pria itu bolong. Elios menusuknya dengan membabi buta. Elios sengaja hanya menebas perutnya dan tak membiarkan pria ini mati dulu. Karena-

Apa kau tau....

Saat seseorang menjerit dengan gila dan memasang wajah takut setengah mati juga air mata yang tak terbendung. Bagi Elios itu seperti sesuatu yang terlihat sangat. Indah.

Indah. Setelah Evelyn.

Setiap orang tentu memiliki jiwa seni. Dan ini adalah salah satu ekspresi dari jiwa seninya.

Semoga manusia yang lain paham dan mengerti.

Wajah tampan Elios terciprat darah.

Di detik detik terakhirnya. Celana pria itu basah ketika ia melihat mata dan sebuah senyuman yang ditarik begitu lebar. Yang tersirat akan nafsu pembantaian begitu dalam. Baru kali ini ia mendapat sorot dan senyum mengerikan seperti itu.

Akhirnya, pria itu terkapar mati. Dengan sebelah mata yang tertancap pisau dan mulut yang menganga.

Elios berdiri melihat hasil karyanya. Ia tersenyum senang.

Namun tiba tiba Elios terjatuh. Senyumnya hilang. Kepalanya berdenging. Elios terjatuh dengan satu kaki yang menopang.

Elios memegang kuat kepalanya yang serasa di pukuli dengan seribu palu.

Dingin angin malam menyapu wajahnya. Bahkan rambut Elios terlihat berayun ayun karena sapuan angin yang sejuk. Dingin angin itu seolah menggambarkan bagaimana perasaanya saat ini.

Dalam kesunyian hutan. Elios berusaha menguatkan diri.

Tak lama setelah itu Elios mendongak.
Ia melihat sesuatu yang membuat jiwanya meluruh. Sebuah suara yang terdengar pelan kini keluar dari mulutnya. Elios bernyanyi. Ia bernyanyi tanpa mengalihkan perhatiannya pada apa yang ia lihat.

"I wish i had you all alone."

"Just the two of us."

"I would hold you close to me."

Am I Scary?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang