Chapter 3: I want to kill you

36.9K 3.6K 151
                                    

Elios menyandarkan tubuhnya di sudut loteng. Cahaya rembulan muncul malu malu menemani si Elios yang kesepian. Elios si pria tampan yang keindahannya tertutupi oleh goresan luka.

Tatapannya kosong pada sebuah pisau kecil di sakunya. Saat ini otaknya sedang menyusun sebuah rencana pembunuhan untuk dihadiah kan nya pada seseorang.

Ia pasti akan membunuh siapa yang ingin ia bunuh di kastil ini.

Tapi, yang satu ini kuat. Mungkin butuh waktu lama untuk membunuhnya. Selama itu ia akan mengais pedang untuk dirinya sendiri. Ia masih mentah untuk membunuh sang ayah. Ia harus lebih kuat sebelum bisa membunuh pria itu. Ia harus lebih kuat dan berusaha keras mulai dari sekarang.

Malam semakin larut, Elios meringkuk kedinginan di loteng tua berdebu ini. Ia butuh sedikit kehangatan, sedikit saja tak apa apa.

Tak ada sofa disini hanya setumpuk jerami, yang menjadi bantalan kepala.

Elios segara menutup kelopak mata karena tak sabar ingin bertemu dengan mimpi. Menghiraukan suhu dingin yang menusuk hingga ketulang.

Elios suka malam. Karena ia suka mimpi. Setiap malamnya Tuhan baik selalu memberinya mimpi yang indah. Seperti saat ini ia bermimpi didekap erat oleh sesosok gadis berambut pirang bergelombang. Gadis itu tersenyum sambil menyalurkan kehangatan di jiwanya yang dingin.

***

Pagi menjelang, suara berisik di bawah membangunkan Elios dari mimpi indahnya.

Tatapannya datar tertuju pada langit langit loteng. Perasaan kosong ini lagi lagi menyelimuti jiwanya. Ia benci pagi karena ia tak suka berpisah dengan mimpi. Berpisah dengan sosok gadis cantik yang selalu menemani malamnya.

Elios berjalan keluar dari loteng. Perut nya berteriak minta diisi. Karena wanita gila itu sudah tak ada lagi di mansion ini Elios bisa melakukan semuanya sesuka hati tanpa dibatasi segala gerak geriknya.

Namun sepertinya hal itu tak akan terjadi ketika ayahnya memperkenalkan ia pada seorang wanita cantik namun berdandan menor yang membuat kecantikan wanita itu berkurang minus.

"Perkenalkan ehem Elios dia ibu tirimu. Namanya Camila."

Sepertinya, penderitaan belum berakhir sampai disini. Belum sampai sebulan kematian istrinya terjadi. Tapi Key lebih dulu menikah dengan seorang wanita dan membawanya kerumah ini.

Wanita tersebut menatap Elios dengan pandangan jijik "Di dia anakmu?"

"Begitulah," ujar Key dengan nada acuh tak acuh.

Hal ini, yang membuat Elios lebih suka berdiam di loteng saja.

"Dan dimana anakmu? Aku dengar kau memiliki dua putri yang cantik jelita."

"Fufu tentu saja, anak ku adalah yang tercantik di dunia. Sepertinya mereka masih di dalam mobil."

Hingga muncullah dua gadis cantik jelita disebalik pintu besar mansion ini. Satu lagi berumur delapan belas tahun dengan pakaian ketat miliknya sedang menatap sekeliling mansion dengan pandangan kagum, seperti istana batinnya dalam hati. Senang karena akan tinggal di rumah besar ini untuk selamanya.

Sedangkan yang satunya lagi, yang berumur sepuluh tahun dua tahun lebih muda dari Elios. Sedang bersembunyi takut takut di kaki jenjang kakaknya.

Gadis itu terlihat begitu menggemaskan. Dengan rambut pirang panjang bergelombang juga tatapannya yang sayu yang memiliki aura polos dan murni yang sungguh berbeda dari kakak dan ibunya.

"Dek lihatlah rumah ini seperti istana." Bisik sang kakak pada adiknya. Putri sulung Camila mengenggam tangan kecil adiknya, tanpa melunturkan kekaguman nya pada mansion ini.

Am I Scary?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang