6 tahun berlalu.
Elios sedang menatap hamparan lautan yang berada di sebalik kaca gedung pencakar langit milik perusahaannya.
Ini sudah terhitung enam tahun semenjak ia melepaskan Evelyn. Katanya, puncak tertinggi dari mencintai adalah melepaskan kan.
Elios sudah melakukan itu, dan dia tak ingin di cap sebagai lelaki yang obsesi lagi karena Elios ingin menunjukkan bahwa sejatinya ia tulus mencintai Evelyn. Rasa yang ada dalam hatinya benar benar yang paling dalam dan yang paling tulus.
Walau, mungkin tak akan ada yang mengakuinya.
Tak apa, itu tak masalah yang terpenting sekarang Evelyn sembuh. Kesembuhan dan kebahagian Evelyn adalah yang utama.
Apa Evelyn bahagia? Ya, walau Elios tak tau dimana dan sedang apa Evelyn tapi ia bisa merasakan jika wanita itu sedang tersenyum sekarang.
Elios tersenyum kecil. Walau sejauh apapun nama Evelyn tetap tertanam nomor satu di hatinya. Nama itu tak akan pudar, ada dan selamanya.
Senyum Elios pudar. Rautnya berubah diam tak terbaca.
Elios tau, ia sudah melukai Evelyn cukup dalam. Kemungkinan wanita itu akan kembali dalam pelukannya lagi tak akan ada. Jadi, Elios akan hidup dengan mengenang dan merindukan wanita itu. Selamanya.
"Dad!"
Elios menoleh ke belakang lalu tersenyum kecil. Ia berjongkok siap menyambut pelukan kecil itu.
"Daddy!"
Elios tersenyum, mendekapnya hangat. Satu satunya matahari kecilnya yang ia punya dan ia sayang.
"Ini salju, pakai pakaian yang hangat sayang." Elios melepaskan pelukan itu lalu memperbaiki jaket yang melekat di tubuh putranya. Jaket ini cukup tipis tak sesuai dengan cuaca sedingin ini.
"Nanti, daddy tak akan memberikanmu ice cream lagi."
Senyum si kecil menukik ke bawah "Jangan dad, iya nanti pakai pakaian yang hangat."
Elios tersenyum kecil sebagai hadiah pada tingkah patuh putranya. Kemudian ia berdiri lalu menyembunyikan kedua tangannya di balik saku celana.
"Dad, semalam kita sudah main salju. Sekarang ayo main air pancur di mansion!"
"Kenapa suka sekali main air dingin sayang. Nanti bagaimana jika kau flu?"
Si tampan menggeleng memegang kaki ayahnya menatapnya dengan tatapan memelas "Ya, ya,ya."
Elios kembali berlutut berusaha menyamakan tingginya dengan putranya berwajah tampan itu "Baiklah, tapi ada syaratnya."
"Apa itu?"
Elios menunjukkan pipinya.
Ah!
Ia tau apa yang diinginkan ayahnya. Sebuah kecupan manis tentu saja.
Cup
Ada lagi yang tertinggal. Anaknya memeluk tubuh Elios mendekapnya erat. Betapa ia menyayangi ayahnya ini.
"Dad, tadi di sekolah. Tak ada yang mau berteman denganku mereka bilang aku menyeramkan."
"Apa aku menyeramkan, dad?"
Senyum Elios menjadi pudar. Putranya merasakan apa yang dulu ia rasakan. Dan semua ini adalah perbuatannya sendiri.
Sebagian tubuh anaknya hancur. Tubuhnya yang lembut dan putih mengelupas. Namun, untunglah hanya tubuh saja yang begitu tapi wajahnya tidak. Setidaknya itu masih bisa di sembunyikan. Tapi jika wajah akan sulit orang orang pasti akan mencemooh lagi jika itu adalah wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Scary?
RomanceElios Lison Adalah seorang pria buruk rupa yang jauh dari kata sempurna. Hari hari yang ia lalui selalu bertemankan penderitaan dan kesepian. Ada saja cemohan dan cibiran datang setiap satu langkah kaki ia berjalan. Hingga ia memutuskan untuk menut...