Chapter 31: Tringg

11.9K 1K 25
                                        

Mansion Dawson
18.33

Disisi lain tepatnya di mansion Calix. Calix Dawson. Si pria berparas tampan itu. Kini, tengah menikmati hidangannya hari ini. Ia menyantap semua makanan 'segar' yang katanya ia dapat dari hasil buruan.

Ada begitu banyak hidangan yang disediakan di atas meja itu. Namun yang paling mencolok di sana adalah daging keras dengan tulang putihnya yang masih utuh. Yang dengan jelasnya daging itu bukanlah daging biasa.

Calix makan dengan rakus. Bak manusia gila yang baru kali ketemu dengan makanan. Ia mengambil salah satu sup daging di sana lalu meneguknya kasar.

Untuk wajah, Calix memang mencolok. Pria itu sangat tampan juga memiliki keahlian dan bakat di berbagai bidang. Ia dan Elios bagaikan jiwa kembar yang terpisah. Mereka memiliki begitu banyak kesamaan.

Disaat Calix sedang makan, yang awalnya tadi ia begitu senang dan bersemangat. Tiba tiba tubuhnya mendadak kaku bagai sebuah patung.

Para pelayan yang sedang berbaris rapi gemetaran dengan keringat dingin saat melihat ekspresi itu.

Dia mulai lagi.

"ARRRGHHHHHHHHHHHH!!!!"

"AAAARHHHHHHHHHHHHH!!"

Calix menjerit di ruang makan kosong itu. Ia menjerit dengan keras. Lalu ia membanting semua makanan yang ada di atas meja. Menghancurkannya hingga piring piring kaca itu berderai berkeping keping.

Calix juga mengambil sebuah botol kaca lalu melemparnya ke kepala seorang pelayan hingga kepalanya pecah.

Ia menghancurkan hiasan dinding di rumahnya, baik itu lukisan, guci, ataupun pajangan lain yang bernilai harganya.

Ia memegang kuat kepalanya yang terasa sangatlah sakit.

Sakit, sakit, sakit.

Calix memukul kepalanya berulang kali.

Bukan, bukan, salah.

Bukan kepalanya yang sakit. Tidak! tapi hatinya. Hatinya. Akhirnya Calix menyandarkan bahu di dinding lalu merosot kan tubuh. Setelah itu Calix menyembunyikan wajahnya di balik lutut.

"Aku merindukanmu."

***

"Sesuai janji, kakak sudah membereskan semuanya sayang."

Evelyn yang saat ini sedang melihat salju di ambang jendela. Kini bertanya "Membereskan apa?"

Elios tak menjawab.

"Oh iya kak, mau tau tidak?" Evelyn membalikkan tubuh "Waktu Evelyn jalan jalan Ev ketemu ikan."

Lalu ia menarik tangan Elios "Sini."

Evelyn tersenyum dengan hati yang senang, ia tak sabar menunjukkan apa yang ia temui sewaktu ia berkeliling di mansion ini. Ia menemukan seekor ikan kecil di sebalik sungai yang mulai membeku karena salju.

Evelyn membawa Elios ke kamar mereka. Lalu ia mengambil sebuah akuarium kaca di atas meja nakas. Lalu Evelyn menunjukkan ikan itu pada Elios.

Namun di saat ia ingin menunjukkannya pada Elios. Evelyn kaget saat melihat bahwa ikan yang ditemukannya itu mengambang mati.

Evelyn membekap mulutnya sendiri "I-ikannya. kak El ikannya mati."

Evelyn menangis melihat itu. Evelyn tak bisa melihat hewan mati. Tak bisa.

Padahal, Evelyn sudah berharap bahwa ia akan menjaga ikan itu sampai ikan itu besar. Dan sekaligus menjadi temannya di mansion yang sepi ini. Tapi, takdir berkata lain.

Am I Scary?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang