Chapter 32: 🔔

10.1K 878 39
                                    

Elios menolak tubuh Evelyn hingga terbaring ke atas kasur. Lalu ia merangkak naik ke atas tubuh itu dengan rambut depan yang jatuh. Tatapan mereka bertemu. Elios mengelus wajah Evelyn dengan punggung tangannya.

"Wajah kakak tanpa luka..."

Evelyn menjeda.

"Indah."

Elios tersenyum "Makasih."

"Dimana kakak mengobati luka kakak?"

"Itu tak penting sayang."

"Iya, tak penting. Yang penting bekas luka kakak sembuh."

"Iya."

Evelyn tersenyum tulus. Senang melihat luka itu sembuh.

Lalu Evelyn tertawa kecil "Sehat selalu ya kak. Selama ini Ev sering buat kakak kesal dan susah. Jadi kakak harus bahagia."

Elios berbaring menyamping "Tentu. Dan bahagia kakak ada pada Ev."

"Bahagia dan juga sakit." Lanjutnya.

"Apa kakak masih marah?"

"Tidak." Jawab Elios "Tapi jika kita sedang berdua. Jangan bahas yang lain ya. Kakak tak suka jika ada yang masuk atau menganggu hubungan kita sayang."

"Itu hanya ikan."

"Ev..."

Evelyn terdiam.

"Iya, maaf."

Elios memeluk Evelyn "Anak pintar."

***

Dua minggu berlalu.

Hari dimana Elios dan Calix pergi menuju ke pertunjukan di Texas. Mereka datang dengan membawa motor Ducati V4 black.

Motor ganteng yang harganya terkesan cukup fantastis namun masih terasa biasa saja bagi mereka berdua. Harga yang mungkin bisa membeli sepuluh restoran makan atau lebih.

Calix melepaskan helmnya saat ia sudah sampai di depan sebuah gedung besar dimana gedung tersebut adalah jalan bagi dirinya dan Elios pergi menuju pertunjukan itu.

"Ahh~ Dunia dunia, saat yang tepat untuk menikmati apa itu dunia."

"Benar kan El?" Ekor mata Calix melirik pada Elios di sampingnya.

Elios melepaskan helmnya. Ia mendongak. Menatap gedung pencakar langit itu.

"Wah wah liat siapa ini? Kau Elios? Sungguh, wah gila. Lihat wajahmu itu, "

Elios melihat Calix di sampingnya. Calix dengan rambut acak acakan yang entah mengapa terlihat tampan itu tertegun melihat perubahan wajah Elios. Wajahnya mulus, tanpa luka! Tanpa cacat! Dan pria itu tampak begitu bersinar seperti bintang.

Seperti seorang pangeran, seorang idola yang biasanya selalu di puja puja di atas panggung. Bahkan lebih dari itu semua.

Namun kemudian, Calix mengernyit "Anehnya, kenapa aku merasa kau mirip aku ya."

Elios masih dengan menatap Calix. Tak menyembunyikan isi hatinya. Elios juga merasa seperti itu. Mereka terasa mirip.

"Rambut mu tinggal di acak acak saja. Nanti orang orang akan bilang kau saudara kembarku."

Calix menopang kedua tangannya di sisi depan motor "Atau, apa kita memiliki hubungan darah. Itu tak mungkin kan?"

"Tidak. Mungkin cuman kebetulan."

Calix mengedikkan bahu acuh "Baiklah."

Tiba di hadapan mereka puluhan bawahan perusahaan beserta direkturnya datang menyambut dan memberi salam hormat kepada keduanya.

Am I Scary?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang