Epilog

24.7K 1.8K 338
                                    

Musim demi musim kembali berganti. Salju berganti menjadi musim semi. Kian musim semi berganti menjadi musim panas. Dan sepertinya ini adalah musim panas terakhir.

Elios mengangkat tubuh Clay tinggi. Clay tertawa riang ia terlihat begitu bahagia.

"Karena niai ujianmu yang tertinggi daddy akan memberikanmu hadiah."

"Apa itu dad?"

Lalu Elios menurunkan tubuh Clay ia berlutut agar sejajar dengan sang anak. Clay berdiri sembari mengalungkan lengannya di leher Elios.

"Kita akan liburan ke luar negri."

Clay berseru senang matanya penuh dengan binar kebahagiaan "Benarkah?"

Elios mengangguk "Ya sayang."

"Yey, yey,"

"Kapan dad? Hari ini?" Tanya Clay penuh semangat.

"Benar. Jadi, ayo kemas barang barangmu."

Clay berlari dari pelukan Elios dengan baju tidurnya. Ia berlari untuk menemui kepala pelayan agar membantunya menyiapkan barang barang untuk liburan.

"Jangan lari Clay, nanti jatuh."

"Iya~"

Setelah bertemu dengan kepala pelayan dengan langkah kecilnya Clay mendongak menatap pria itu.

"Paman, boleh bantu Clay?"

Kepala pelayan tersenyum pada anak kecil ini. Anak kecil yang sewaktu bayi memiliki kisah yang begitu suram dan menyedihkan bersama dengan ibunya.

Ia menjadi saksi dari semuanya. Dan entah karena apa, tuan besarnya Elios berubah dan membawa bayinya kembali ke mansion ini. Bukan mansion dulu yang menyeramkan dan memiliki hawa yang dingin. Tapi mansion yang hangat tentu hangatnya banyak dari bantuan si kecil ini. Orang kedua yang berhasil meluluhkan hati beku Elios setelah nyonya besarnya. Terkadang kepala pelayan berpikir, di mana wanita itu berada sekarang.

Kepala pelayan berlutut menyamakan tingginya dengan si tampan kecil. Lalu tersenyum dengan hangat. Membuat kerutan tuanya hilang seketika.

"Tentu, tuan muda."

***

Elios mengenakan celana pendek dengan kemeja khas pantai tak lupa dengan kacamata hitam yang bertengger di kepalanya. Dan Clay yang berada di pangkuannya.

Mereka sedang duduk di kursi jet pribadi dengan Clay yang melihat ke arah luar kaca jendela dengan tatapan binar.

"Daddy lihat, ada bintang yang jatuh." Sebelum mereka benar benar melintas dan terbang di udara Clay menunjuk pada langit.

"Itu bukan bintang sayang, itu namanya meteorit." Elios berujar lembut.

Clay mengerucutkan bibirnya "Itu bintang daddy, katanya kalau bintang jatuh harapan akan segera terwujud."

Elios tersenyum sembari mengacak surai Clay "Baiklah, itu bintang yang jatuh."

Setelah itu Elios mencium pipi Clay membuat si empunya kembali tertawa riang.

***

Kanada, Ottawa.
Crescent Beach.

Setelah selesai dalam perjalanan. Akhirnya mereka sampai di sebuah kota dengan negaranya yang mendapati julukan sebagai Negeri pecahan es, Kanada.

Mendapat julukan seperti itu karena iklimnya yang sangat dingin bahkan di musim panas sekalipun.

"Daddy kemana?"

Setelah Clay berjalan riang menyusuri pantai ditemani dengan Elios. Mereka kini singgah pada sebuah ruko kecil yang menyediakan sarapan pagi.

Ruko ini terkenal hangat karena banyak orang yang menyukai masakannya yang panas dan lezat untuk di santap tiap pagi.

Am I Scary?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang