2- Pertemuan

189 20 0
                                    

Hello everyone!

Masih pada semangat puasa 'kan?

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak membaca kamu di setiap paragraf yang ada.

~Selamat Membaca~

~Selamat Membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**🌜**

Seorang laki-laki tengah membereskan diri kemudian menyandang tas itu di sebelah bahu kanannya.

Ia lalu melenggang pergi dari tempat ganti baju tersebut, bermaksud ingin segera pulang namun tiba-tiba saja langkah ia terhenti dengan sendirinya.

Di kepala, laki-laki sedang berpikir yang mana kemudian dirinya menghela napas lalu beralih untuk berjalan-jalan sebentar.

Tanpa teman, tanpa siapapun ia hanya seorang diri berada di lorong itu sebatas dengan diri sendiri yang senantiasa mengikut.

**🌜**

"Ayolah Noah sekali lagi!"

Mereka berempat kini tengah bermain di time zone yang sebenarnya, tidak ada mau cuman Lyonna yang ngebet ke sini.

"Ayolah Noah sekali lagi! Liat tuh, itu dikit lagi bonekanya bisa jatuh.

Karena tidak ingin semakin pusing, Noah akhinya menuruti dan membeli beberapa koin lagi.

"Tapi, ingat? Ini yang terakhir," ujarnya dengan menunjuk.

Gadis itu hanya menimpali dengan cengengesan tanpa beban kemudian cepat-cepat memasuki beberapa koin ke mesin penjepit boneka tersebut.

"Yeah!!! Dapat juga!" Lyonna memeluk erat boneka kelinci yang ia dapatkan.

Terlihat sedikit senyum dari Noah saat melihat tingkah Lyonna saat ini. Jujur, dia memang menyenangkan.

"Dah, pulang. Gue mau jemput Lily"

"Bentar!" cegat Lyonna membuat langkah mereka terhenti lagi.

"Gue kebelet, hehe.. Woody titip!" Lyonna langsung berlari selepas menitipkan bonekanya pada Andy.

"Tunggu! Woi! Hyena!" percuma, Lyonna sudah menghilang dari tangkapan mata.

"Gimana sekarang, tunggu?" tanya Touka.

Akan tetapi batas kesabaran Noah sudah habis. Ia menghela napas singkat lalu mengajak dua orang itu pulang. "Biarin aja dia pulang sendiri! Biar tau rasa."

**🌜**

Di hadapan kaca wastafel, ia memandang wajah yang baginya selalu nampak menyedihkan. Laki-laki itu kemudian menghidupkan keran dan membasuh mukanya dengan air mengalir.

My Sociopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang