Berjumpa lagi dengan saya jangan lupa tinggalkan jejak, ya pembaca sekalian!
~Selamat Membaca~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**🌛**
Parfum? sudah. Rambut? sudah. Baiklah, kini tinggal menekan bel rumah itu saja.
Diong dong!
Terdengar suara dari dalam sana menyuruh untuk menunggu. Revanza akan mengajak Lyonna malam mingguan. Ya, ini pertama kalinya ia jalan-jalan malam bersama seseorang terlebih lagi dengan cewek.Cowok itu tentu sangat gugup sekarang.
Pintu lalu terbuka menampilkan sosok pemilik rumah dengan senyum ramah tamah tapi itu tidak lama. Karena, yang menyambut kedatangan Revanza adalah Lyon, si style tukang cemburu.
Tanpa tipu-tipu Lyon langsung memandang dengan lirikan bombastic side eyes pada manusia lugu yang juga kebingungan mengapa ditatap seperti itu.
"Malam, Om Lyon," sapa Revanza saraya meminta tangan untuk disalam dan kocaknya Lyon mengulurkannya, tentu masih ditatap dengan pandangan heran.
"Ada perlu apa?"
"Saya--"
"Eh? anak gue udah nyampe," sambut Wilona bergabung dengan mereka.
Alis Lyon seketika mengkerut. Tangannya bergerak acak ke sana kemari meminta penjelasan bagaimana, cara, dan mengapa wanita itu tahu kemunculan cowok yang menjadi ancaman terbesar putrinya bisa minggat dari hidupnya.
"Aku yang manggil, Onna sama Vanza mau malam mingguan."
"MALAM MINGGUAN?!" serunya dengan sangat syok.
Wilona merotasikan bola matanya malas sudah terlalu lelah dengan sifat cemburu Lyon yang mendekati abnormal.
"Bentar, Tante panggil Lyonna nya dulu, ya"
Pria itu tidak terima. Mengetahui dirinya dalam bahaya, Revanza segera menarik baju Wilona. Dari tatapannya saja Wilona sudah tahu bahwa cowok itu tidak mau sama Lyon, dalam artian dia takut.
**🌛**
"Dadah! hati-hati!" Wilona melambai pada keduanya.
"Gimana bisa kamu nggak ngelarang?" akhirnya Lyon mengeluarkan unek-uneknya meskipun cuma secuil.
"Emang masalah? toh mereka juga kan pacar sama pacar. Aku sih, yes," tukas ia bangga.
"Bukan gitu, maksud aku!"
Pria itu gregetan dan bingung bagaimana menjelaskan perasaan tidak terima ini dan rasa ingin mengejar orang yang membawa putrinya padahal tidak dibawa kawin lari cuma diajak jalan-jalan.