Anyeonghaseo Yorobun!
Siap untuk chapter ini?
Jangan lupa untuk follow Chichy serta memberi bintang, ok?
~Selamat Membaca~
**🌛**
"Mohon beri saya waktu kali ini!"
Dalam ruangan dengan perabotan klasik serta penerangan berupa lilin-lilin yang membuat aura tempat itu terkesan menakutkan.
Gerald, dia bersujud memohon semoga diberi pengampunan pada seseorang di hadapannya yang tersamarkan oleh kegelapan.
"Waktu? Bukankah aku sudah banyak memberi kesempatan padamu untuk mengembalikan uangku? Di mana letak malumu?"
Napas pria itu tercekat seolah tercekik. Padahal dia hanya berkata dengan nada begitu santai namun sungguh ucapannya seakan menyuruh ia untuk melompat ke api neraka dan terbakar hingga mati.
"S-saya bersumpah, dengan nyawa ini saya akan melunasi hutang saya bagaimanapun caranya. Karena itu, mohon jangan bunuh saya dulu, bos! saya mohon ampun!"
"Kumaafkan tidak, ya?" katanya menimang-nimang seolah mempermainkan.
Tangan Gerald terkepal erat menahan emosi. Andaikan rumah peninggalan si tua bangka itu berhasil terjual mungkin sekarang ia tidak akan merasa sungguh terhina seperti ini dan hutangnya pasti bisa terlunaskan.
Semua ini karena Revanza! Andaikan anak itu tidak ada! andaikan dia ikut mati saja bersama Angkasa!
"Menarik juga. Bagaimana kita bincangkan dulu sembari minum kopi?"
Gerald sangat terkejut sebab di sampingnya tiba-tiba telah disuguhkan minuman. Sejak kapan kopi itu ada di meja? Tidak, yang paling membuat ia takut adalah apakah itu aman diminum atau tidak?!
"Jika kau menolak, aku akan sangat sakit hati lho"
Ucapan santai barusan mengisyaratkan pada Gerald bahwa meminumnya adalah perintah yang mutlak. Pria tersebut bangkit dan duduk kemudian meminum kopi hitam yang disajikan tersebut.
"Putrimu, cukup menggemaskan"
"Apa?"
Tiba-tiba, Gerald ambruk, mulutnya mengeluarkan busa disertai tubuh yang kejang-kejang. Rasanya dada pria itu seolah terbakar. Dia tak boleh mati! Tidak! Dia tidak mau mati! Tangan yang ingin mencengkram kakinya itu perlahan kehilangan kemampuan kemudian lemas dan tidak lagi bergerak. Dia, sudah mati.
"Rencana kita sudah siap," kata seseorang menghampiri, itu Juan.
Dia tersenyum seraya menyilangkan kaki memainkan sebuah kalung di jemari lentiknya yang berkuku runcing. "Sudah saatnya, aku tak sabar bertemu sasaran utama kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sociopath Boyfriend
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA 🙏🏻💝] {Completed} ~Sequel of Lyonna~ # 1 Happygirl (20 Agustus 2023) # 1 ceritamasakini (18 April 2022) # 3 nextgeneration (15 September 2023) # 4 tegas (3 Oktober 2022) # 4 sosiopat (24 Agustus 2023) # 8 smart (24 Septemb...