6- Keluarga Cemara

163 20 0
                                    

Hai semua, aku kembali!

Sebelum itu, aku pengen tau, nih! Yang baca askot nya dari mana ajah.

Jangan lupa tinggalkan komentar kalian di setiap part yang ada, yah?

~Selamat Membaca~

**🌜**

Pukul 14.19, Sebelum hujan...

Bunyi dari kedua kuku yang tak henti beradu itu mengiringi suasana tegang di dalam ruangan pribadi tersebut.

Dia, si pemilik pangkat tertinggi menatap nyalang seorang pria yang duduk ditengah-tengah ruangan dengan pandangan yang begitu dingin.

Pria tersebut berusaha untuk tetap membuat mimik wajah stabil.

"Jadi, apa Anda tahu alasan saya panggil kemari?" tanyanya bernada biasa.

Dirinya berusaha keras agar tidak menampilkan wajah yang cemas. Dia membalas dengan nada bicara yang terkesan polos "Maaf, tidak tahu Bu bos. Memangnya, apa alasan saya dipanggil? Apa saya membuat kesalahan?"

Mendengar perkataan tersebut, perempuan itu lantas berdiri dari kursi duduknya dan melangkah menuju dirinya.

"Pak Damar"

"Ya, bu bos?" timpalnya lugu.

Perempuan tersebut menarik ujung bibir dan membentuk senyum kemudian berujar dengan nada yang sangat ramah.

"Anda dipecat"

Merasa tidak terima, secara spontan ia berdiri dari duduknya dan meminta penjelasan. Ini tidak benar, namun cara Damar yang mengutarakan pendapat dan tidak setuju akan keputusannya membuat mood wanita tersebut berubah.

"Beraninya kau merasa seperti korban padahal kau adalah tersangka?" ucap Wilona dengan tatapan dingin.

Pria tersebut seketika mematung dengan aura intimidasi dari Wilona bahkan lidahnya terasa kelu tak dapat mengeluarkan kata-kata.

"M-maksud bu bos? S-saya tak paham, kesalahan saya apa? Kenapa saya dipecat, Bu?" tanya ia dengan terbata-bata.

"Kau masih bertanya? Apa perlu aku membenturkan kepalamu itu agar kau ingat?"

Wilona berjalan mendekat dengan aura yang begitu menyeramkan sampai-sampai Damar melangkah mundur karena ketakutan.

Perempuan itu memberhentikan dua jarinya di depan mata Damar. "Pergi, perusahaanku tidak butuh orang busuk sepertimu berada di sini," ucapnya penuh penekanan.

Laki-laki itu bergerak mundur perlahan lalu memutar knop pintu dan berlari keluar.

"Seharusnya Anda nggak perlu ngelakuin itu buat sekadar menakut-nakuti." Dioni melangkah masuk.

My Sociopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang