Sudah tidak sabar bukan tuk melanjutkan cerita ini?
Jangan lupa follow biar tahu update-an kapan!
~Selamat Membaca~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**🌛**
"Lyonna..."
Samar-samar, dia mendengar suara yang terasa tak asing ditelinga. Seakan kenal, layaknya sudah lama akrab seperti anak baru lahir yang langsung tahu orangtuanya.
"Bangunlah.."
Jemari gadis itu bergerak merespon. Iya, dia tahu. Bahkan suara ini sudah sering menyapanya semenjak belum bisa memanggil Lyon dan Wilona.
"Kamu harus melawannya.. kamu pasti bisa.."
"Lawan ketakutanmu.. Lyonna.."
Meski matanya tak mampu melihat dan pergerakan yang dimiliki terbatas. Namun, dia dapat merasakan. Suara ini, mendorongnya untuk bangkit.
Entah datang darimana, setitik cahaya mulai mendekati Lyonna. Perlahan makin banyak, seperti kunang-kunang yang berkumpul membentuk seseorang.
"Kamu itu kuat, sama seperti Lyon."
"Kamu cerdas, sama seperti Wilona."
"Percaya dengan kemampuanmu, Lyonna. Aku tahu kamu pasti bisa!"
Seakan ditempat berbeda, bebas, terang, dan hangat rasanya. Lyonna lalu membuka mata dan terlihat jelas seorang familiar yang telah dekat dengannya bahkan sebelum lahir. Wajah berseri dengan lesung pipi sebelah kanan, dia adalah Aslan.
**🌛**
Disatu sisi, Lyon sudah menjadi bulan-bulanan oleh mereka tanpa memikirkan apakah pria itu bisa mati karena itulah tujuannya.
Tubuhnya yang sudah lemah tak berdaya dipaksa untuk berdiri dan diberi bogeman mentah.
"Apa yang kau pikirkan saat mencetuskan perdamaian keluarga, hah?"
Juan terlihat sangat menikmati momen ini. Akhirnya, semua rasa dengkinya terlampiaskan.
"Agar putri dan istrimu tenang? Hahaha! Jangan membual kau sialan!"
Mereka yang berdiri hanya menonton seolah hal tersebut adalah pertunjukan yang sangat menarik. Sudah lama orang-orang itu merencanakan hari ini. Tidak disangka benar-benar memuaskan.
Sebenarnya, sejak awal orang-orang itu tak pernah memihak Lyon. Lagian, siapa yang ingin berdamai begitu saja?
Baik dari Katrina, Hendrik, Wira, maupun Elzan dan semua yang di sana telah merasakan apa itu neraka sejak lahir di dunia. Perundungan, penindasan, tuntutan, kesedihan, kesepian. Rasa sakit yang selama ini dialami hanya disembuhkan dengan kedatangan seorang asing tak dikenal?
