29- Lenyap

93 15 1
                                    

Hai Hai Hai gimana hari kalian? Bad or good?

Jangan sampai lupa meninggal jejak kalian ya!

~Selamat Membaca~

~Selamat Membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**🌜**

Dalam hening, ia mengelus lembut foto lama itu dengan pengertian. Revanza ingat betul bagaimana foto ini diambil. Waktu itu ia merengek pada Neneknya untuk diizinkan bermain di taman yang sering ia kunjungi bersama mendiang ayahnya.

Di sana, hanya dia yang bermain tanpa pengawasan orangtua. Sebagai seorang anak kecil yang diberikan oleh Tuhan sedikit waktu merasakan kehangatan keluarga tentulah ia sangatlah merasa iri.

Memegang tali ayunan dengan erat, ia hanya dapat melihat dari jauh keharmonisan itu seraya berangan-angan. Sampai tiba-tiba entah muncul darimana ada seorang anak seusianya menghampiri dan menawarkan diri untuk mendorong ayunannya.

Saat itu, Revanza menolak karena takut dan tak kenal. Tapi, gadis kecil itu malah tak mendengarkan dan mendorong ayunannya tanpa aba-aba. Awalnya, Revanza ketakutan dan minta diberhentikan tapi lama-kelamaan iapun mulai merasa bersenang-senang dan menikmatinya.

Bahkan, sudah sampai sore mereka tetap asyik bermain hingga keseruan itu terpaksa terputus saat gadis kecil itu dijemput oleh pamannya. Revanza pun juga mesti pulang karena Neneknya sudah kembali.

Namun sebelum berpisah, paman dari gadis cilik itu menawarkan untuk foto bersama sebagai hadiah karena Revanza sudah menjadi teman bermain keponakannya.

Revanza benar-benar menjaga setiap barang yang baginya memiliki kenangan berharga, salah satunya foto ini.

"Andai gue cepet sadar itu lo, Sha." cowok itu menatap sendu gadis kecil dengan mata hazel tersebut. Ia lalu teringat akan perkataan dari gadis yang memiliki mata serupa.

Revanza melihat wajah Neneknya sendu. "Kayaknya, udah saatnya. Nek, nanti Vanza ke sana, ya." ia tersenyum kecil kemudian bersiap untuk pergi.

Sedangkan tanpa disadari, di bawah sana Gerald sedang mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan tak lupa juga pemicu agar pembalasannya memuaskan. Ia tersenyum miring dengan tatapan seperti iblis.

**🌜**

Revanza mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Tadinya ia ingin mengajak Haikal karena pasti dialah orang yang paling bersemangat jika ia beritahu bahwa ia memutuskan untuk menempati rumah Neneknya itu.

Tapi sayang, anaknya sedang berkunjung ke kediaman saudaranya yang ada di Yogyakarta. Tidak masalah, saat ia sudah membereskan rumah itu dan ketika ingin memindahkan barang-barang nanti saja ia beritahu.

Senja kala itu terasa seperti musim gugur. Warnanya yang jingga memanjakan mata, membuat siapapun yang memandang akan merasa tenang dan lega.

Tidak ada yang berpikir mungkin hari ini akan terjadi suatu peristiwa dan Revanza juga berprasangka begitu. Dalam benaknya, kini hanya awal baru, mencoba berdamai dengan masa lalu dan menyusun bab baru.

My Sociopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang