43- Pelakunya Adalah!

93 13 0
                                    

~Selamat Membaca~

~Selamat Membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**🌛**

Lagi-lagi ia terbangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Revanza tidak bisa tidur lagian bagaimana mungkin juga dia dapat beristirahat disaat bisa saja kini Lyonna terancam bahaya?

Laki-laki itu menyibak selimut dan berniat untuk kabur. Namun, Anly tiba-tiba masuk dan menggagalkan aksi tersebut.

"Lo mau mati konyol?" singgungnya seraya memeriksa selang infus untung belum sempat dicabut.

Dia bergeming. Jujur, Anly juga ingin membantu tapi tidak tahu harus darimana dahulu. Saat ini, kedua Paman Lyonna sedang dalam perjalanan menyusul lokasi chip Tante Wilona berada.

Ibunya beserta Dioni bahkan turut membantu dengan mencari siapa tahu di lokasi kejadian terdapat saksi tetapi saat sampai yang ada hanya para musuh yang sudah dibabit habis oleh Arina.

Makanya dia kemari untuk menginterogasi. Yang tersisa hanyalah Revanza. Cuman lelaki ini yang punya informasi tapi dia terlihat masih resah dan panik sehingga sukar untuk diajak berkomunikasi. Anly hanya mampu duduk terdiam di samping sampai mendadak Revanza berujar sesuatu, "Sebenarnya kenapa?"

"Huh?" dia tak mengerti.

"Kenapa, Lyonna selalu diincer saat malem? Memang, strategi paling ampuh buat ngalahin seseorang adalah incar kelemahannya. Tapi, kenapa harus phobia? Bukankah mereka terlalu kejam?"

Anly masih tidak percaya akan apa yang diucapkan Revanza barusan. Pandangannya menatap sayu ke bawah lalu beralih melihat laki-laki itu.

"Lo bener, mereka bener-bener pengecut. Padahal lo tahu nggak, Za? Lyonna itu selenophile. Ini semua karena bajingan itu."

Kali ini Revanza yang terkejut. Keduanya saling beradu mata seolah berbincang lewat pikiran. Anly melihat ekspresi ingin tahu tersebut. Mungkin sudah saatnya Revanza tahu, mengenai masa lalu Lyonna.

**🌛**

Napasnya tak beraturan seolah orang yang menggigil kedinginan. Dalam ruangan gelap yang hanya menyediakan satu penerangan. Kedua tangannya diikat menggantung dengan kuat, terasa sekali sakit saat dipaksa untuk dilepaskan.

Lyonna, mendengar ada langkah kaki yang mendekat. Dengan mata yang tertutup kain dan mulut yang terbungkam, sebuah tangan menyapu lembut rambutnya memberikan rasa takut tak terkira pada sekujur tubuhnya.

Gadis itu menangis disebalik kain yang menutup matanya. Ia menjerit, berusaha melepaskan diri hingga membuat pergelangan tangan itu nampak merah karena tertarik.

Putus asa, cemas, ketakutan, frustasi, dia yang melihat ekspresi itu begitu puas dan tersenyum manis.

Bayangan dari orang tersebut perlahan menjauh dari Lyonna. Membiarkan dia sendirian, didalam kegelapan, putus asa meminta pertolongan.

My Sociopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang