21- Litte Target

109 15 0
                                    

Hai Hai Hai!

Apa kabar? Kali ini aku datang lebih cepat. Senang nggak?

Jangan lupa untuk meninggalkan bukti di sini, ya? Jangan cosplay jadi hantu.

~Selamat Membaca~

~Selamat Membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**🌜**

"Nggak mungkin..."

Cowok itu terduduk lemas dan kaku dengan mata bergetar hebat di hadapan sebuah genangan merah. Sekujur tubuhnya tak mampu bergerak namun deru napasnya tak dapat dikendalikan seolah oksigen begitu minim di sini.

"Re-van.."

Leher laki-laki itu dicekik olehnya secara perlahan. "Kenapa...?"

Dirinya merasa sesak. Dia memegang kedua tangan putih pucat itu berusaha melepaskan diri namun tak bisa. Laki-laki itu mulai kesulitan menarik napas.

"Sha..," lirih Revanza.

"Kamu.. Harus ikut sama aku!"

Seketika Revanza langsung terbangun dengan mata terbuka lebar serta sesak bukan main. Napasnya tak beraturan dan bibirnya pucat bahkan sekujur tubuh laki-laki itu berkeringat seukuran biji jagung.

Pertama, semaksimal mungkin ia mengatur napas kembali dan berusaha menenangkan diri kemudian mengambil segelas air putih yang ada di meja belajarnya.

Revanza mengusap wajahnya gusar, lagi-lagi ia bermimpi buruk pasal itu. Cowok tersebut kemudian menyandarkan punggungnya di dinding kamar lalu menengadahkan kepalanya untuk melihat langit-langit kamar.

Dalam diam ia memejam mata meresapi rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepala. "Ayah.." Revanza memanggil tanpa sadar.

**🌜**

Hari ketiga di sekolah orang yang menjadi tepatnya menempuh pendidikan untuk sementara. Lyonna nampak begitu memerhatikan pelajaran di depan berbeda sekali dengan teman sebangkunya Mira yang sudah tepar di tempat.

Jangan salah, walau Lyonna biar onar di SMA Alvarez tapi ia tak pernah lupa apa yang menjadi alasannya disekolahkan oleh kedua orangtuanya. Kepintarannya bukan sekadar turunan dari gen saja itu tetap ada keterlibatan dari usaha. Ya, meski kadang dia tetap siswi biasa yang kalau jenuh atau tak suka pelajarannya mending turu dalam kelas.

Di dalam suasana pembelajaran yang tenang, Haikal melirik teman sebangkunya dengan gurat wajah cemas. "Lo yakin gak pa-pa?"

Revanza pura-pura tak dengar. Cowok itu tetap melanjutkan mencatat materi yang ada di papan.

"Za, gue nggak becanda. Beberapa minggu ini lo selalu maksain diri buat belajar. Lo meringis mulu daritadi dah jangan sok kuat buruan berdiri biar gue antar ke UKS," titah Haikal sembari menarik tangan Revanza namun cowok itu menepisnya.

My Sociopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang