Bosen nggak menunggu selama ini? Maaf, yah lama up nya.
Jangan lupa untuk menaruh cerita ini di perpusmu dan berbagi ke sesama pengguna wp lainnya.
~Selamat Membaca~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**🌜**
Malam yang indah namun tampak menyeramkan. Di tengah suara hiruk-pikuk kota dalam gedung yang terlihat tak ada bahaya.
Seorang pria dengan setelan kemeja hitam, tengah berdiri di hadapan sekomplotan orang-orang bertampang sangar yang terlihat sangat menyimak apa yang sedang dibahas.
Nampak seperti tengah menjelaskan. Dia kemudian berkata dengan mimik muka yang santai pada semua orang di sana.
"Itulah tugas kalian. Tidak perlu terburu-buru dalam menghadapi target, kalian bahkan bisa menangkapnya hanya dengan beberapa orang"
Pria tersebut mengakhiri sesi pertemuan dan mempersilakan mereka semua untuk bubar. Tak berselang lama dari itu, seseorang berkacamata datang menghampiri dengan secangkir kopi di tangan.
"Bagaimana perencanaannya?" tanya ia ikut bergabung.
"Sempurna, gadis itu akan segera ditangkap dan kita akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menjadi umpan yang tepat."
Dia ikut tersenyum mendengar hal tersebut, "Menurutmu ini akan berhasil?"
Pria tersebut meminum dengan nikmat kopi miliknya kemudian memandang rendah kota dengan mata biru gelapnya yang indah. "Kurasa, kita akan lihat bagaimana kelanjutannya."
**🌜**
Revanza mendorong motor hitam kesayangannya dengan sisa tenaga yang ada dan memarkirkan kendaraannya di tempat biasa. Dia menghela napas lelah, terpaksa laki-laki itu mendorong motor karena pecah ban tapi dia tidak mengeluh. Cowok itu malah tersenyum tipis singkat dan mengelus-elus motor peninggalan ayahnya tersebut.
Dia kemudian berjalan ke depan. Saat laki-laki itu menarik handle pintu, pintu itu tak mau terbuka dan pada akhirnya ia menyadarinya. Lagi-lagi dikunci, dia hanya bisa menghela napas.
Revanza memilih untuk duduk kursi yang ada diteras. Hari ini benar-benar melelahkan, tak henti daritadi laki-laki itu menghela napas lihatlah wajahnya nampak sangat letih dan berantakan seakan mempunyai permasalahan hidup yang berat.
Yang dapat ia lakukan kini hanya memejam mata erat. Menikmati segala penat baik raga maupun pikiran yang sekarang tengah menyiksa dirinya. Revanza lalu menatap medali perak yang ada digenggaman.