Nana sedang menatap langit yang cukup cerah dari balik jendela mobil, walau tidak begitu biru setidaknya juga tidak mendung, di sampingnya Shyla duduk sambil bersandar pada pundaknya, di samping Shyla ada Lion yang duduk sambil mendengarkan lagu dari earphone miliknya. Ayahnya menyetir mobil dengan ibunya yang duduk di kursi sebelah, tertidur karena perjalanan yang cukup jauh.
Mereka sedang berkendara menuju kota tempat tinggal Hana, awalnya Nana berencana pergi tanpa mengajak Shyla, tapi Shyla bersikeras ingin ikut, bagaimanapun Hana juga teman Shyla dan Shyla ingin menjenguknya.
Nana tidak ingin mengajak Shyla karena takut Shyla berakhir seperti dirinya, tapi dia tetap tidak bisa menahan Shyla, ditambah kedua orangtuanya juga mengizinkan Shyla untuk ikut, jadilah mereka berlima berangkat bersama.
Walau sudah pernah melewati jalan yang sama ketika dirinya ingin mencari Hana, perjalanan mereka tetap terasa jauh bagi Nana. Saat pertama kali melewati jalanan itu ia berpikir Hana hanya sedang tidak bisa menghubunginya, ia mempercayai ucapan Shyla, mungkin ponsel Hana rusak dan Hana belum sempat menggantinya.
Kali ini rasanya berbeda, pikirannya tidak bisa berhenti bertanya bagaimana keadaan Hana, ia selalu berusaha mengabaikan semua pertanyaan-pertanyan dari kepalanya, mencoba meyakinkan dirinya, ia masih bisa bertemu Hana, Hana akan bangun dan baik-baik saja, ia dan Hana akan menghabiskan waktu bersama lebih banyak, semuanya akan baik-baik saja.
Nana tidak pernah berusaha menghibur dirinya sebaik itu, bagaimanapun semua itu hanya keinginannya, ia tidak tahu tuhan akan mengabulkannya atau tidak.
Perjalanan panjang mereka akhirnya berakhir, pak Anthon memarkirkan mobil di area parkir rumah sakit tempat Hana dirawat, Nana sudah turun dari mobil, ia sudah tidak sabar ingin segera melihat Hana, Shyla juga begitu, ia menggandeng tangan Nana penuh semangat.
Lion tersenyum melihat dua orang yang ia sayangi baik-baik saja, ia jadi teringat usaha Nana yang ingin segera sembuh untuk bisa bertemu dengan Hana, Nana beristirahat dengan baik, menelan habis semua makanannya, Nana benar-benar berusaha. Setidaknya Nana sudah terlihat lebih baik, walau Lion tahu masalah Hana tidak bisa hilang begitu saja dari pikiran Nana.
Lion tidak ingin terlalu mengkhawatirkan adiknya, ia mengenal Nana dengan baik, Nana tidak akan menyembunyikan perasaannya, kedepannya mereka mungkin akan kesulitan, Lion mungkin akan sering melihat adiknya murung dan bersedih, tapi selama itu ia akan selalu ada di sisi Nana, Shyla juga akan bersamanya, mereka akan melalui semuanya dengan baik.
***
Nana mengetuk pintu kamar tempat Hana dirawat, ia tidak bisa masuk begitu saja tanpa izin, orang tuanya akan memarahinya tentu saja.
Dari dalam kamar, ibu Lia sedang duduk memperhatikan putrinya, itu sudah menjadi kebiasaan sejak sepuluh hari belakangan, sepuluh hari berlalu tapi putrinya masih tidak sadarkan diri.
Mendengar suara ketukan pintu, ibu Lia merasa sedikit heran, tidak ada pasien lain lagi yang dirawat di kamar yang sama dengan Hana, perempuan tua yang sebelumnya dirawat di kamar itu sudah pulang beberapa hari yang lalu.
Ibu Lia berdiri dan berjalan untuk membuka pintu, ia tidak yakin siapa yang datang, ketika pintu terbuka ibu Lia menganga terkejut melihat siapa yang datang.
"Selamat siang..." Sapa ibu Evie sambil tersenyum, ibu Lia tetap diam.
"Maaf karena sudah mengejutkan anda, kami datang tanpa memberi kabar apapun." Pak Anthon bicara, mencoba menyadarkan ibu Lia yang sepertinya masih terkejut.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUBUNGAN (Tamat)
FanfictionNana, gadis manis dengan sikapnya yang sangat dingin harus berjuang untuk menguak kebenaran dari kehidupan saudara kembarnya Hana. Hubungan Nana dengan teman-teman dan keluarganya, jauh berbeda dengan hubungan yang dimiliki Hana dalam hidupnya. Cer...