20. Pilihan Alvin

82 21 2
                                    

Nana duduk di hadapan cermin menatap pantulan wajahnya, diam dengan kepala yang terus memikirkan semua kejadian yang baru ia alami dua hari belakangan, tentang Alvin juga tentang Anala.

Ibu Lia berdiri di belakang Nana, menyisir rambut Nana sambil tersenyum tipis, Nana melirik pantulan wajah ibu Lia, ia bisa melihat senyuman ibu Lia adalah senyuman yang tulus.

Nana menggigit bibir bawahnya, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis sebelum memastikan semua kebenaran tentang kematian Hana, tapi entah mengapa semua hal jadi ingin membuatnya menangis.

Nana merasa sudah merenggut kebahagiaan semua orang, bayangan Alvin yang marah padanya, bayangan Anala yang menangis berurai air mata di hadapannya, juga senyuman ibu Lia, semua menghantui pikiran Nana.

Nana masih belum mengatakan apapun tentang ucapan ibu Abiyta, juga tentang ucapannya pada Anala, Nana tidak tahu Ibu Lia akan bereaksi seperti apa ketika mendengar kalau ia sudah merusak persahabatan Hana dan Anala, Nana juga tidak bisa menyampaikan apa yang sudah ibu Abiyta katakan padanya, Nana takut itu akan melukai perasaan ibu Lia.

Nana benci menyembunyikan banyak hal, tapi setidaknya ia tidak berbohong, Nana hanya tidak mengatakannya.

"Hari ini ibu ingin mengunjungi makam Hana." Ucap ibu Lia setelah selesai menyisir rambut Nana, ia akan mengantar Alvin hari ini.

Nana hanya mengangguk,

"Aku akan ke bawah membantu tante Elis dan tante Titin."

"Jangan memaksakan diri, ini hari Minggu, hari liburmu jadi kamu harus banyak istirahat."

Nana kembali mengangguk,

Ibu Lia mengambil tasnya dari atas ranjang Nana, menatap Nana sambil tersenyum,

"Ibu berangkat."

Ibu Lia lalu berjalan keluar dari kamar Nana, menghela nafas lega, ibu Lia juga masih belum mengatakan tentang Alvin yang sudah mengetahui tentang siapa Nana sebenarnya, ibu Lia masih belum siap, ia bertekad akan mengatakannya nanti setelah pulang dari mengantar Alvin melihat makam Hana, semoga semuanya baik-baik saja.

Setelah ibu Lia pergi dari kamarnya, Nana masih betah menatap cermin, bertanya pada dirinya sendiri apa yang harus ia lakukan sekarang? Nana juga tidak ingin mengatakannya pada Lion ataupun Shyla, ia juga tidak ingin melaporkan apapun pada ayahnya, sekarang apa yang harus ia lakukan?

***

Anala duduk di atas ranjangnya, menatap bingkai foto yang menempel pada dinding kamarnya, foto dirinya dengan Hana, matanya sudah bengkak, Anala menangis sejak kembali dari sekolah kemarin, bahkan ia tidak bisa tidur nyenyak.

Anala tidak tahu harus bagaimana lagi, ia ingin terus berusaha berteman dengan Hana dan belajar menerima sikap Hana yang jauh berbeda, tapi ia merasa tidak pantas, Anala marah ibunya meminta Hana berjanji untuk menjauhinya tapi ia juga tidak bisa bicara apa-apa pada ibunya, Anala tidak tahu apa yang sudah ibunya katakan pada Hana dan itu membuat Anala semakin merasa tidak pantas.

Anala takut ibunya sudah mengatakan hal yang menyakiti perasaan Hana, memaksa Hana untuk berjanji menjauhinya, Anala kehilangan harapan, ia merasa tidak sanggup menampakkan wajahnya di hadapan Hana lagi, Anala selalu mengatakan kalau hubungan mereka berdua sangat dekat dan seperti saudara, tapi ibunya justru membuat perjanjian seperti itu, sekarang Hana tidak akan berpikir sama lagi, Hana mungkin sudah membencinya.

Anala menelungkupkan wajahnya, memeluk lututnya erat, sekarang ia benar-benar kehilangan Hana.

***

HUBUNGAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang