34. Tersesat

78 21 5
                                        

Pukul 16:05 sore, matahari masih bersinar tapi sudah tidak begitu panas, semua siswa sedang berdiri sejajar berurutan, setelah melakukan kegiatan-kegiatan lain, sekarang mereka ditugaskan untuk menjelajah hutan sambil mengumpulkan beberapa kayu kering yang akan digunakan untuk membuat api unggun nanti malam.

Beberapa siswa bersemangat dan beberapa yang lainnya mengeluh protes, tapi pada akhirnya mereka semua tetap harus melakukan tugas yang diperintahkan.

Nana berdiri paling belakang dengan ekspresi datar, sebelumnya mereka sudah melakukan undian dan Nana mendapatkan nomor urut terakhir, entah memang kebetulan atau sebuah kesengajaan, Nana mendapatkan nomor urut itu, benar-benar menyebalkan.

Nana tidak peduli dengan kegiatan persami itu, alasannya ada di tempat itu karena berpikir kemungkinan si topeng hitam itu akan muncul mencarinya, Nana tidak punya banyak waktu yang tersisa, Nana juga tidak bisa menjamin identitasnya tidak akan terbongkar jika ia muncul sebagai Nana dalam acara pertunjukan yang direncanakan Lion.

Nana yakin semua siswa di sekolah Hana akan datang menonton, acara pertunjukan itu akan jadi hiburan menarik untuk mereka, pada akhirnya meskipun identitas Nana tidak terbongkar, Nana akan tetap dicurigai sebagai orang lain.

Sebelum semua itu terjadi, Nana harus menemukan identitas si topeng hitam, Nana cukup yakin si topeng hitam itu akan berkeliaran dalam kegiatan persami itu untuk menemuinya, siapapun bisa menjadi tersangka.

"Kak Hana.." sapa Fifi sambil tersenyum manis, yang juga kebetulan berdiri di barisan paling belakang dekat Nana.

Nana beralih menatap Fifi kemudian ikut tersenyum tipis,

"Kebetulan sekali ya, kak Hana juga mendapat urutan terakhir?" Tanya Fifi ramah,

"Iya." Jawab Nana sambil mengangguk,

"Apa tahun lalu acara persaminya juga seperti ini?"

"Aku tidak tahu, aku tidak bisa ingat apapun."

Fifi tersentak lalu tersenyum kikuk, Fifi lupa kalau Hana mengalami amnesia, ia jadi merasa bersalah.

"Maaf kak Hana.. aku lupa."

"Tidak apa-apa, santai saja."

Fifi tersenyum lega,

"Kak Hana tidak se-menyeramkan yang orang-orang ceritakan." Ucap Fifi sambil mengingat Nana yang sebelumnya memberi dukungan pada Jane,

Nana tersenyum tipis, ia paham maksud dari ucapan Fifi, Nana bisa membayangkan seperti apa semua orang di sekolah menggosipkan tentang perubahan sikapnya yang sangat drastis, Nana memang tidak pernah menganggap dirinya se-menyeramkan itu, tapi jika sikapnya harus dibandingkan dengan Hana yang sangat lembut, tentu saja dirinya akan terlihat sangat jahat.

"Mungkin caramu melihatku berbeda dari mereka yang berpikir aku menyeramkan."

Fifi hanya mengangguk,

Satu persatu siswa-siswi mulai bergerak memasuki hutan sesuai instruksi yang diberikan, jalur untuk siswa kelas X dan kelas XI berbeda, beberapa hari sebelum kegiatan persami diadakan, anggota OSIS sudah membuat jalur dan menancapkan tanda panah di masing-masing rute, jalurnya tidak berbahaya dan tidak rumit, selama tidak melenceng dari tanda panah yang dibuat, siapapun akan kembali dengan selamat.

Mereka diberi jarak waktu sekitar lima menit dari setiap urutan, Nana menghela nafas lelah, berapa lama ia harus berdiri menunggu gilirannya, benar-benar menyebalkan.

Nana lalu melirik ke arah depan, pada Anala dan Sophia yang sedang mengecek setiap urutan dari masing-masing siswa, mereka berdua ditugaskan untuk memastikan semua siswa kembali dengan lengkap. Nana mendengus, enak sekali, mereka berdua tidak perlu repot-repot untuk ikut masuk ke dalam hutan.

HUBUNGAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang