Nana berdiri di depan pagar sekolah, mendongak menatap langit yang cukup terik di siang itu, semua siswa sudah berhamburan keluar dari sekolah untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
Pagi tadi, Nana sudah melapor tentang buku harian Hana pada ayahnya, tapi Nana masih belum memberitahukan tentang si topeng hitam, entah mengapa Nana tidak ingin memberitahukan hal itu. Nana cukup yakin, jika ayahnya tahu, maka Nana akan segera diminta untuk pulang, belum lagi, ibunya, juga Lion dan Shyla.
Nana tidak ingin berhenti di pertengahan, sudah pasti ada yang tidak beres dengan kematian Hana, apapun resikonya, Nana harus tetap menemukan kebenaran itu.
Nana menghela nafas, hari ini ia berencana untuk mendatangi rumah Anala, Anala tidak masuk sekolah hari ini, Nana tahu Anala pasti perlu waktu untuk menerima semuanya, atau mungkin Anala juga tidak akan bisa menerima kenyataan itu, sama seperti dirinya.
Nana tidak punya pilihan lain, ia akan menghadapi ibu Abiyta, ia juga sedikit mengkhawatirkan keadaan Anala, tapi lebih dari itu, Nana perlu informasi tentang si topeng hitam, mungkin saja Anala punya jawabannya.
Nana tidak bisa menanyakan hal itu pada Alvin, Alvin masih termasuk dalam kategori orang yang ia curigai, sejauh ini setidaknya Nana masih bisa sedikit mempercayai Anala.
Nana sudah memberitahu ibu Lia kalau ia akan mengunjungi rumah Anala, ibu Lia yang masih tidak tahu tentang ucapan ibu Abiyta, menyetujui hal itu, ibu Lia juga khawatir pada kondisi Anala.
Rumah Anala memang searah dengan rumah ibu Lia, tapi Nana masih merasa sedikit takut untuk melewati jalan yang biasa ia lalui, Nana akan memilih jalan raya. Saat berangkat sekolah pagi tadi Nana juga melewati jalan raya, ia tidak ingin melewati jalan yang biasanya, jalur itu memang lebih cepat tapi Nana masih tidak berani melewati jalan itu.
Nana saja masih belum bisa mengenyahkan bayangan si topeng hitam itu, jika Nana melewati jalan itu, ia hanya akan semakin terbayang-bayang. Nana tidak ingin menjadi lemah, ia perlu waktu untuk menenangkan dirinya.
Akhirnya Nana melangkahkan kakinya, berjalan menuju rumah Anala, Nana melangkah di pinggir jalan raya, jalan itu satu-satunya jalan lain untuk menuju rumah ibu Lia atau rumah Anala, walau jaraknya memang cukup jauh dari jalan yang biasa Nana lalui, Nana tidak punya pilihan lain, jalan itu jauh lebih baik, banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya, Nana merasa akan tetap aman.
Nana terus berjalan dengan santai, tiba-tiba ponselnya berbunyi, Nana dengan cepat mengambil ponsel dari saku roknya.
Lion yang menelepon, sepertinya Lion juga sudah mendengar cerita tentang buku harian Hana dari ayah mereka, karena itu Lion sekarang menghubunginya.
Nana menjawab panggilan Lion,
"Halo.."
"Halo..."
Mendengar suara Lion membuat Nana merindukan kakaknya, kemarin ia sangat berharap kakaknya datang menolong, tapi setidaknya ia masih beruntung, Nana diselamatkan oleh Kei, walau Nana juga masih tidak bisa mempercayai Kei sepenuhnya.
"Ada apa?"
"Aku sudah dengar dari papa, jadi sekarang apa yang akan kamu lakukan? Tidak ada petunjuk lagi kan?"
Nana menghela nafas, pertanyaan itu juga sudah ia dengar dari ayahnya tadi pagi, beruntung Nana bisa meyakinkan ayahnya untuk memberinya kesempatan lain, lagipula waktu yang diberikan untuknya belum habis.
"Aku sudah membicarakannya dengan papa, aku masih punya waktu, jadi aku akan menggunakan sisa waktu itu dengan baik."
"Untuk apa lagi? Tidak ada yang perlu kamu cari lagi Nana, tidak ada apapun dalam buku harian Hana kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HUBUNGAN (Tamat)
FanfictionNana, gadis manis dengan sikapnya yang sangat dingin harus berjuang untuk menguak kebenaran dari kehidupan saudara kembarnya Hana. Hubungan Nana dengan teman-teman dan keluarganya, jauh berbeda dengan hubungan yang dimiliki Hana dalam hidupnya. Cer...