1. Hilang

549 35 0
                                    

Seorang gadis remaja sedang menikmati makan siangnya disalah satu meja kantin sekolah, duduk sendiri sambil terus mengunyah makanannya dengan baik, selalu seperti itu, gadis itu selalu duduk sendiri.

Sementara siswa yang lain duduk dengan teman-teman mereka yang dianggap cukup akrab, sangat akrab? Atau mungkin hanya berpura-pura akrab agar tidak duduk dan makan sendirian seperti gadis itu.

Bercanda tawa, berbisik-bisik, membahas berbagai banyak hal, gadis itu hanya menatap datar aktivitas di sekitarnya, tidak lama mereka akan tersedak karena makan dengan cara seperti itu, pikirnya.

"Nana..!!" Terdengar seseorang memanggil gadis yang sedari tadi makan dengan diam itu.

"Hei.. Nana." Seru gadis itu sekali lagi sambil menepuk pundak Nana, Nana yang masih menikmati makanannya mengabaikan seruan itu.

"Sudah tuli? Aku dari tadi memanggil mu, aku bahkan menepuk pundakmu dan kamu tidak bereaksi sama sekali." Protes gadis yang tadi memanggil Nana.

"OMG Nana, aku bahkan sudah mengomel dan kamu tetap diam seperti ini." Gadis itu mengeraskan suaranya karena Nana benar-benar terlihat tidak peduli.

Nana mengambil gelas lalu meminum airnya, setelah selesai ia meletakkan kembali gelas itu dan mengarahkan pandangannya pada gadis yang dari tadi sudah menatapnya dengan kesal. Setelah merasa Nana akan fokus pada dirinya, Shyla, gadis yang tadi meneriaki Nana dan terus bicara, mulai tersenyum menghilangkan raut wajah kesalnya.

"Jadi ada apa?" Tanya Nana tanpa ekspresi.

"Ada apa dengan wajahmu? Tidak bisa bertanya padaku sambil tersenyum?" Gerutu Shyla yang kembali menghilangkan senyumannya mendengar suara Nana yang sangat datar.

"Aku sedang makan, tiba-tiba kamu berteriak dan sekarang bersikap seolah aku harus bertanya baik-baik padamu? Aku tidak ingin tahu apapun, jadi jangan meminta hal-hal aneh padaku."

Shyla menganga mendengar ucapan Nana, jika itu orang lain, mereka pasti akan langsung membenci Nana dan memikirkan berbagai cara untuk tidak terlibat lagi dengan gadis bermulut kasar itu. Tapi ini Shyla, dia sudah terbiasa, Nana memang seperti itu, meskipun Nana menyebalkan tapi Shyla menyayanginya, Nana salah satu orang yang bisa memahami dirinya dengan baik, jadi dia juga bisa memahami Nana dengan baik.

"Aku sudah menghubungi Hana berulang kali tapi dia tidak menjawab sama sekali, bukankah ini aneh? Hana tidak sepertimu, yang membalas pesan seseorang sangat lama seolah tidak berniat membalas pesan."

Nana berdecak kesal mendengar ucapan dari Shyla, dalam hatinya membenarkan, dia memang tidak berniat membalas pesan jika tidak penting.

"Sudah coba telpon?" Tanya Nana dengan suara yang sedikit bersahabat, setidaknya tidak datar tanpa ekspresi.

"Sudah tapi tidak tersambung."

"Mungkin Hana lupa mengisi daya baterai ponselnya." Nana mencoba menerka, baginya Shyla terlalu dramatis, hanya karna tidak bisa menghubungi Hana yang bahkan belum 24 jam dia sudah panik, Hana bukannya menghilang entah kemana kan?

"Itu tidak mungkin, Hana bukan pelupa, dia pasti tahu ada banyak orang yang akan menghubunginya, Hana akan memastikan ponselnya selalu aktif."

"Banyak orang yang menghubunginya? Kamu bicara seolah Hana sangat populer, semua hal bisa saja terjadi kan?"

"Justru karena itu, semua hal bisa saja terjadi." Shyla menekan setiap kata dari ucapannya,

"Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Hana?" Shyla terlihat sangat khawatir, Nana yang tadinya tidak peduli, setelah melihat ekspresi Shyla mulai ikut khawatir.

HUBUNGAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang