Hawa dingin menyeruak, hanya terdengar isak tangis dari beberapa orang. Nana berdiri kaku menatap Hana yang sudah pucat pasi terbaring di atas ranjangnya tanpa alat-alat bantu rumah sakit, walau pucat Hana masih terlihat cantik di mata Nana, mereka berdua memang cantik.
Nana tidak tahu harus bagaimana, atau bagaimana perasaannya saat ini, Nana bahkan tidak sanggup menjelaskan rasa sakit yang saat ini ia rasakan, terlalu sakit hingga rasanya ia akan mati rasa.
Shyla hanya bisa menangis, menatap Hana yang terbaring ditambah dengan Nana yang terlihat begitu menyedihkan, Shyla tidak suka melihat Nana yang hanya terdiam menatap jasad Hana tanpa air mata, Nana tidak sedang berusaha menahan tangisnya kan? Itu akan sangat menyakitkan. Shyla terluka melihat sahabatnya dalam kondisi seperti itu, apa yang bisa ia lakukan?
Lion berdiri sambil merangkul pundak Shyla, ia tahu itu tidak akan mampu menenangkan perasaan Shyla tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Lion hanya bisa diam menatap Nana, ia juga merasa sedih kehilangan Hana yang rasanya sudah seperti saudara sendiri tapi lebih sedih lagi melihat Nana, ia tidak tahu akan seperti apa adiknya nanti, ia takut adiknya akan terpuruk dan sedih berkepanjangan, ia tidak tahu bagaimana Nana bisa menerima semua ini, ditambah tidak ada yang bisa ia lakukan.
Pak Anthon menatap Nana putrinya, ia tahu perasaan putrinya saat ini pasti benar-benar kacau, mencoba menghibur dengan kata-kata pendukung tidak akan berpengaruh pada Nana, itu hanya akan membuatnya marah, putrinya adalah gadis yang keras kepala, rasanya pak Anthon bisa menebak apa yang akan dilakukan putrinya, tapi ia juga tidak bisa mengizinkan hal itu, Nana selalu penuh dengan ide yang tidak masuk akal.
Ibu Evie memeluk ibu Lia yang masih menangis, ibu Evie tahu saat ini ibu Lia pasti merasa sangat terpuruk, ibu Evie bahkan tidak bisa membayangkan jika ia harus kehilangan Lion dan Nana seperti itu, ia tidak akan pernah sanggup menerimanya.
"Tidak ada yang boleh tahu kalau Hana sudah meninggal, aku akan menggantikan posisinya." Nana tiba-tiba bicara, suaranya datar tanpa emosi apapun.
Ibu Evie hanya bisa memejamkan matanya, ia tidak tahu lagi harus seperti apa menghadapi semua ini. Ibu Lia semakin bersedih, ia ingin membantah ide Nana tapi rasanya ia masih tidak sanggup untuk bicara, apa yang harus ia lakukan untuk adik putrinya itu.
"Nana..." Shyla ingin mencoba untuk membujuk Nana, ia tidak akan membiarkan Nana melakukan hal tidak masuk akal itu.
"Keputusanku sudah bulat." Nana membantah Shyla bahkan sebelum Shyla bicara lebih banyak.
Lion memilih untuk diam, ia tidak akan bisa mengubah pemikiran Nana.
"Kita sudah membahas hal ini Nana." Pak Anthon angkat bicara, ia memang menduga putrinya akan kembali dengan ide itu, tapi tidak menyangka akan secepat ini, Hana bahkan belum dimakamkan.
"Aku masih belum mendengar papa menyetujuinya."
"Menurutmu papa akan menyetujuinya?"
"Harus!!"
"Nana!!!"
Terjadi perdebatan antara pak Anthon dan Nana, tapi tidak ada yang berani melerai.
"Jadi menurut papa Nana harus bagaimana? Diam saja dan menerima semua ini? Nana tidak bisa, tidak akan bisa."
"Menjadi Hana bukan satu-satunya solusi, apa kamu berpikir jernih sebelum memikirkan hal itu? Apa yang kamu pikirkan itu jauh lebih tidak mungkin."
"Jadi Nana harus bagaimana? Pihak polisi tidak ingin mencari lebih lanjut, pihak sekolah juga mengabaikannya, mereka seenaknya mengambil kesimpulan tanpa mencari kebenarannya. Bagaimana bisa aku diam saja?"
![](https://img.wattpad.com/cover/280362978-288-k594888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HUBUNGAN (Tamat)
FanfictionNana, gadis manis dengan sikapnya yang sangat dingin harus berjuang untuk menguak kebenaran dari kehidupan saudara kembarnya Hana. Hubungan Nana dengan teman-teman dan keluarganya, jauh berbeda dengan hubungan yang dimiliki Hana dalam hidupnya. Cer...