Penghuni sekolah sedang berkumpul di lapangan, semua guru dan juga semua siswa, mereka baru saja menyelesaikan senam pagi yang selalu dilakukan setiap hari Jum'at.
Setelah guru olahraga selaku struktur senam menyelesaikan senam dan mengakhiri perkumpulan pagi itu, guru-guru lainnya segera membubarkan diri, ingin segera membersihkan diri dari keringat dan bersiap untuk memulai pelajaran.
Beberapa siswa juga sudah membubarkan diri, baik dari angkatan kelas X, maupun XI dan XII, mereka tidak ingin berebut atau mengantri untuk membersihkan diri dan berganti pakaian, bahkan siswa yang letak rumahnya tidak begitu jauh dari sekolah memilih untuk pulang dan nanti akan kembali ke sekolah setelah jam pelajaran akan dimulai.
Pada hari Jum'at jam pelajaran pertama memang tidak dimulai dengan cepat, itu hal yang cukup menyenangkan tapi juga menyebalkan karena semua siswa tetap harus berangkat pagi untuk mengikuti senam pagi yang diwajibkan itu.
Kei, Cika, dan Joey memilih untuk duduk meluruskan kaki, mereka ingin beristirahat sebentar. Clara, Sophia, dan Tata juga begitu, bahkan Tamara juga sudah mempersiapkan tiga botol minum untuk mereka.
Nana sedikit menjauh dari mereka, kepalanya kembali terasa sakit, Nana selalu seperti itu disetiap Jum'at pagi, Nana benci harus berolahraga ditambah sampai sekarang ia masih belum bisa menelan makanannya dengan baik, kondisinya tidak fit untuk melakukan kegiatan olahraga apapun.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Anala khawatir, ia duduk meluruskan kaki di sebelah Nana yang juga sedang duduk meluruskan kakinya.
"Tidak apa-apa."
"Wajahmu pucat, setiap selesai olahraga kamu pasti seperti ini."
"Aku tidak apa-apa."
"Apa karena kesehatanmu belum begitu pulih?"
"Mungkin."
Anala menghela nafas, Nana selalu menjawab pertanyaannya dengan singkat, tapi ia tidak bisa mengeluh.
Sementara itu Alvin terus memperhatikan Nana dan Anala dari kejauhan, sejak kejadian pak Angga beberapa hari kemarin ia menjadi lebih fokus memperhatikan Nana, dan hari ini ia menemukan sesuatu.
Alvin memegang sebuah kalung, menatap kalung itu lekat-lekat, ia yakin kalung yang ia pegang saat ini adalah kalung milik Hana tapi anehnya Hana yang sekarang ia lihat juga memakai kalung yang sama.
Alvin baru menyadarinya hari ini, itu juga karena hari ini Nana mengikat ponytail rambutnya, sejak kedatangan Nana ke sekolah Hana, ia hanya terus mengurai rambutnya, Alvin jadi tidak menyadarinya.
Alvin yakin kalung yang ia pegang saat ini adalah kalung Hana yang asli, jadi kalung siapa yang sebenarnya Hana pakai saat ini?
Alvin tidak bisa menahan diri lebih lama, ia harus mendapatkan jawaban dari semua rasa penasarannya selama ini.
Alvin kemudian berjalan menghampiri Nana dan Anala, berdiri tegap di hadapan keduanya.
"Apa kamu benar-benar Hana?" Tanya Alvin tanpa basa-basi, menatap Nana lurus.
Nana dan Anala harus sedikit mendongakkan kepala untuk melihat Alvin, Nana sedikit terkejut mendengar pertanyaan Alvin, sedangkan Anala hanya menghela nafas kesal, Alvin memang konyol, apalagi yang dia inginkan?
"Apa lagi sih? Berhenti mengganggu Hana!" Anala langsung berdiri menatap Alvin garang, ia benar-benar tidak suka akan kehadiran Alvin.
Nana menghela nafas lalu ikut berdiri, menatap Alvin datar, ia harus bersikap tenang.
"Apa lagi sekarang?" Tanya Nana santai,
"Aku bertanya padamu, apa kamu benar-benar Hana?" Tanya Alvin lagi, tidak peduli pada tatapan Anala yang seolah sudah ingin melenyapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUBUNGAN (Tamat)
FanfictionNana, gadis manis dengan sikapnya yang sangat dingin harus berjuang untuk menguak kebenaran dari kehidupan saudara kembarnya Hana. Hubungan Nana dengan teman-teman dan keluarganya, jauh berbeda dengan hubungan yang dimiliki Hana dalam hidupnya. Cer...