2. Mencari

199 26 0
                                    

"Lion... Lion... Lion... "

Suara teriakan menggema di seluruh lapangan meneriakkan nama Lion yang sedang bermain basket dengan timnya, itu sudah biasa, Lion memang punya banyak penggemar, baik dari kalangan siswi perempuan yang memuja wajah tampannya maupun siswa laki-laki yang mengangumi segala bakatnya.

Nana dan Shyla duduk tenang menonton, mereka tidak berniat untuk berteriak seperti siswa-siswi lainnya yang terlihat sangat antusias, ya tentu saja, apapun yang dilakukan Lion akan selalu menjadi pusat perhatian.

Tidak jarang hal itu membuat Nana sedikit risih dan malas berada disatu tempat yang sama dengan Lion, sudah tahu Nana tidak suka bising tapi justru kehadiran Lion mampu membuat seluruh siswa-siswi menggila, dan itu sangat menyebalkan bagi Nana.

Berbeda dengan Shyla, ia sudah terbiasa dengan hal itu, Shyla mengenal Lion dan Nana sejak SMP dan sudah begitu kebal dengan semua aksi dari penggemar Lion, sebenarnya menurut Shyla jika Nana ingin bersikap lebih ramah dan sering tersenyum dia pasti juga akan punya banyak penggemar, tapi sebanyak apapun Shyla mengatakan hal itu pada Nana, tidak ada yang akan berubah.

'aku tahu aku cantik tapi kurasa orang-orang itu tidak perlu mengidolakan ku, kenapa harus pura-pura bersikap ramah dan tersenyum hanya untuk mereka, aku bukan idol.' Jawaban datar yang akan selalu Nana berikan setiap kali Shyla memintanya untuk sering tersenyum.

Tidak jarang Nana justru akan bertanya pada Shyla, apa dia tidak merasa cemburu melihat begitu banyak orang yang menyukai kekasihnya? Awalnya Shyla memang cemburu tapi setelah memikirkannya kembali Shyla rasa ia harus mengatasinya, sebelum mengenal Lion dan menjadi kekasihnya, Lion sudah punya banyak penggemar. Shyla tidak bisa melenyapkan semua penggemar Lion bukan? Lagipula setelah mengatasi rasa cemburunya Shyla malah merasa bangga pada kekasihnya yang begitu populer dan disegani, selama Lion menyayanginya dan menjadi kekasih yang baik, itu sudah cukup.

"Jadi bagaimana?" Tanya Shyla sambil membalas lambaian tangan yang diarahkan Lion dari lapangan kepada mereka berdua.

"Tidak ada perkembangan, Hana benar-benar menghilang." Jawab Nana lesu sambil menatap kosong ke arah lapangan, Nana sama sekali tidak menonton permainan basket yang berlangsung, dia hanya duduk untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

"Aku juga terus mencoba menghubungi Hana tapi tetap sama, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Shyla lagi, mungkin ada hal lain yang tidak dikatakan Nana, alasan dari Hana yang sama sekali tidak bisa dihubungi. Walau biasanya Nana selalu jujur mengatakan apapun kepadanya dan Lion, mungkin saja kali ini berbeda.

Nana hanya menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang semakin lesu, dia juga benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, apa alasannya?

"Apa Lion masih tidak mengizinkan mu untuk mencari Hana?" Tanya Shyla lagi, ia benar-benar tidak tega melihat kondisi Nana saat ini.

Biasanya Nana memang selalu diam tapi tiga hari belakangan sejak Hana tidak bisa dihubungi Nana lebih terlihat seperti patung, biasanya Nana tidak menjawab obrolan orang lain karna memang tidak tertarik pada obrolannya, tapi kali ini Nana bukannya tidak tertarik melainkan memang tidak fokus pada apa yang ada di sekitarnya, Shyla mengkhawatirkan keadaan Hana tapi juga mengkhawatirkan kondisi Nana.

"Belum, kak Lion bilang akan mencari Hana bersama hari Minggu ini." Jawab Nana menunduk murung.

"Aakhhh!!" Nana tiba-tiba berteriak sambil menghentakkan kakinya, Shyla dan beberapa siswi yang ada di dekat mereka terkejut dibuatnya.

"Kenapa?" Tanya Shyla khawatir, dia takut Nana benar-benar menjadi tidak waras, apa pemikirannya terlalu berlebihan? Tapi Nana memang tidak pernah terlihat seperti ini sebelumnya, jadi wajar saja jika Shyla menjadi sangat khawatir.

HUBUNGAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang