47. Penyelamatan

111 17 5
                                    

Situasinya menjadi sunyi dan mencekam, Nana terus diam menatap pak Angga tajam, Nana bisa melihat tangan kiri pak Angga terus mengucurkan darah, sepertinya terluka karena peluru yang meleset. Nana mengepalkan tangan kesal, polisi yang mengatasi pak Angga mungkin justru terluka lebih parah, sekarang apa yang harus ia lakukan?

Kei juga diam menatap pak Angga, terus waspada, takutnya pak Angga tiba-tiba menembak mereka. Laura hanya terus menunduk pasrah, ia memang tidak ditakdirkan untuk bebas, dan sekarang justru melibatkan orang lain dalam bahaya.

"Apa kamu pikir bisa menghentikan aku dengan caramu? Kamu yang seharusnya tidak boleh meremehkanku." Ucap pak Angga santai, masih dengan senyumannya yang mengerikan.

"Pak Angga seharusnya berhenti dan menyerahkan diri, semua ini tidak benar." Ucap Kei menatap pak Angga tajam,

Pak Angga tertawa keras mendengar ucapan Kei, setelah berhenti tertawa, pak Angga balas menatap Kei sama tajamnya. Pak Angga lalu mengangkat pistol ke arah Kei, Nana dan Kei tercekat, keduanya diam membatu. Pak Angga kembali tertawa melihat ekspresi wajah Nana dan Kei yang terlihat ketakutan, Nana menjadi semakin kesal, pak Angga benar-benar menikmati permainannya menakut-nakuti mereka.

"Tenang saja Kei, aku tidak akan membunuhmu, bagaimanapun bapak tetap guru untukmu." Ucap pak Angga kembali menurunkan tangannya yang mengarahkan pistol pada Kei, Nana dan Kei merasa sedikit lega.

"Bapak juga akan mengizinkanmu membawa Laura yang malang itu pergi dari tempat ini, kasihan Laura, dia sudah terkurung lama di tempat ini." Ucap pak Angga lagi sambil tersenyum manis, hanya saja terlihat menyeramkan bagi Nana dan Kei.

"Tapi berikan gadis itu padaku sebagai penggantinya." Ucap pak Angga menatap Nana,

"Tidak bisa!" Bantah Kei,

Pak Angga sedikit terkejut lalu kembali menatap ke arah Kei.

"Kenapa? Tenang saja, gadis itu bukan temanmu Hana, Hana sudah mati, tidak perlu mengkhawatirkan gadis asing itu. Selama ini dia hanya menipu dan menyamar sebagai Hana, kamu bisa pergi menyelamatkan diri dan membawa Laura, bukankah aku memberi penawaran yang bagus?" Pak Angga bicara sambil terus tersenyum, seolah mengejek keadaan mereka.

"Saya sudah tahu hal itu, tidak peduli Hana atau bukan, tidak peduli siapapun itu, saya tetap tidak bisa membiarkan pak Angga, jika saya harus pergi menyelamatkan diri, Nana dan kak Laura juga harus saya selamatkan."

"Owhhhh.. jadi namanya Nana, Nana dan Hana, nama kalian berdua sangat bagus, saudara kembar yang terikat, karena Hana sudah mati di tanganku, akan lebih baik kalau kamu juga menyusul saudara kembar-mu." Ucap pak Angga beralih menatap Nana,

"Dasar gila!" Ucap Nana ketus sambil terus menatap pak Angga tajam, pak Angga tetap tersenyum mendengar ucapan Nana.

Nana lalu melepaskan pegangannya dari tubuh Laura, membiarkan Kei membopong tubuh Laura sendirian, Kei menatap Nana bingung, Nana tidak berniat untuk maju melawan pak Angga kan?

"Aku setuju, biarkan Kei dan kak Laura pergi, aku akan tetap di sini. Pak Angga bisa menembakku menggunakan pistol itu, tapi setelah aku memastikan Kei dan kak Laura benar-benar sudah pergi dengan selamat."

"Nana!!" Bentak Kei keras, Laura juga sudah menatap Nana penuh rasa bersalah, semua terjadi karena dirinya.

"Aku akan menjamin keselamatan mereka, tenang saja." Ucap pak Angga sambil tersenyum sumringah,

Nana mendengus,

"Apa bapak pikir aku akan mempercayai manusia kejam seperti bapak?"

"Cukup! Hentikan Nana! Aku tidak akan pergi meninggalkanmu! Berhenti merundingkan omong kosong ini." Kei semakin kesal, mengapa Nana tidak bisa mengkhawatirkan dirinya sendiri?

HUBUNGAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang