22. Petunjuk

83 19 3
                                    

Klek...

"Hmm..?"

Klek... Klek...

Nana ingin membuka pintu toilet tapi tidak bisa, Nana terus menggerakkan gagang pintu toilet cukup keras tapi tetap tidak bisa terbuka, Nana yakin tadi ia sendirian di dalam toilet itu, jadi siapa yang menguncinya? Lagipula semua siswa seharusnya berada di gedung eskul dan club, kecuali dirinya yang memang tidak mengikuti eskul dan club apapun. Lihat saja nanti, siapapun yang menguncinya di dalam toilet itu benar-benar akan mendapat imbalan besar.

Nana menghela nafas sambil berhenti memutar gagang pintu, tersenyum miring menatap pintu toilet, siapa lagi yang akan menguncinya di toilet sekolah seperti ini selain Clara dan kelompoknya?

Jadi ini pembalasan Clara padanya? Kekanakan sekali.

Nana sedikit melangkah mundur, memperhatikan pintu toilet, berpikir untuk mencari cara keluar dari toilet itu, apa ia harus berteriak? Apa ada yang akan mendengarnya? Sialnya, Nana juga tidak membawa ponselnya, meskipun Nana membawanya siapa yang harus Nana hubungi, tidak mungkin ia menghubungi Lion atau Shyla, dan ia juga tidak bisa menghubungi Anala.

Nana menghela nafas, apa ia harus menunggu sampai ada seseorang yang akan membuka pintu toilet itu? Tapi sampai kapan? Nana memang tidak takut terkunci di toilet itu tapi bagaimana dengan ibu Lia, ia akan mengkhawatirkan dirinya, belum lagi orang tuanya, juga Lion dan Shyla.

Apa Nana harus memaksa keluar dan merusak pintu toilet itu? Tapi apa ia juga mampu merusak gagang pintu toilet itu? Nana tidak tahu harus bagaimana, ia tidak pernah merasa lemah tapi entah mengapa sejak dirinya menjadi Hana, Nana selalu merasa tidak bisa berbuat banyak hal bahkan untuk sekedar menolong dirinya sendiri, Nana benci hal itu.

***

"Nana pasti akan terkejut melihat papa."

Ucap pak Anthon tersenyum lebar sambil membayangkan wajah putrinya yang akan sangat bahagia melihat kedatangannya.

"Nana akan lebih terkejut melihatku." Balas Lion yang sedang memegang setir kemudi mobil.

Pak Anthon menatap malas ke arah Lion, putranya itu ingin segera pamer pada adiknya karena sudah mendapat izin untuk menyetir mobil, karena Lion berantusias ingin pamer pada Nana, pak Anthon akhirnya memilih ikut, ia juga jadi bisa menilai cara Lion menyetir mobil.

"Perhatikan saja jalannya."

Lion cemberut mendengar ucapan ayahnya tapi kemudian kembali fokus menyetir.

***

Nana berdiri menatap lesu pintu toilet, ia tidak tahu sudah berapa lama dirinya terkunci di dalam toilet itu, Nana sudah menggedor-gedor pintu itu, berteriak meminta tolong, Nana bahkan sudah mencoba mendobrak pintu itu, juga sudah mencoba untuk merusak gagang pintu, tapi tidak ada yang berhasil.

Nana lelah dan juga merasa kesal, waktunya habis percuma, jika Nana memakai waktunya untuk mengelilingi sekolah, mungkin ia bisa saja menemukan sesuatu, Nana benar-benar sudah membuang waktunya dengan percuma, belum lagi ibu Lia pasti mengkhawatirkannya, semoga ibu Lia tidak memberitahukan hal ini pada ayahnya.

Nana berniat melangkah untuk kembali mendekati pintu, tapi tiba-tiba pintu toilet itu terbuka, Nana sedikit terkejut.

"Nak Hana?"

Ibu Yasmin, ibunya Tamara, terkejut ketika melihat Nana ada di dalam toilet yang gagang pintunya sengaja dihalangi agar tidak bisa terbuka.

Nana terdiam, apa ini sebuah kebetulan atau ada sesuatu yang lain? Bagaimana bisa ibu Yasmin menemukannya? Apa Nana harus curiga atau memang semuanya cuma kebetulan dan Nana seharusnya berterima kasih?

HUBUNGAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang