Nana berdiri di balkon aula, hanya ada dirinya dan satu siswi perempuan yang sedang berlatih gerakan dance dengan sangat serius, yang lain mungkin sedang menghabiskan waktu di kantin atau di tempat lain.
Setelah kejadian Nana yang menegur permainan piano Fifi, semua berhenti berlatih dan memilih pergi dari aula untuk istirahat sebentar, itu juga berdasarkan instruksi dari Kei untuk menenangkan suasana yang tegang.
Nana tidak tahu apa yang terjadi setelah ia pergi dari aula, ketika ia kembali, aula sudah kosong dan hanya ada satu siswi yang terus berlatih. Nana tidak memperdulikan kehadiran siswi itu, Nana memilih untuk naik ke balkon, ia punya tujuannya sendiri.
Nana berjalan dengan santai mengelilingi balkon aula, memperhatikan tali yang digunakan untuk menggantung pot tanaman di setiap pagar aula. Nana yakin tali yang digunakan cukup kuat, sekolah juga tidak mungkin menggunakan tali yang lemah untuk menggantung pot tanaman yang bisa membahayakan keselamatan siswa-siswi di sekolah itu, tapi kenapa pot tanaman itu bisa jatuh?
Nana menghela nafas, Nana mungkin tidak akan mencurigai hal ini jika bukan dirinya yang menjadi sasaran, hanya saja pot tanaman itu pastinya akan jatuh mengenai Nana jika Kei tidak menolongnya, dan hal itu cukup mencurigakan untuk Nana.
Tidak ada yang bisa Nana temukan hanya dengan memperhatikan tanaman gantung itu, sepertinya Nana harus mencari tahu di tempat lain.
Nana beralih memperhatikan siswi yang sejak tadi terus berlatih, Nana cukup takjub dengan semangat siswi itu, sepertinya siswi itu benar-benar ingin menang, Nana tersenyum tipis, berharap siswi itu tidak akan kecewa pada hasil perlombaannya nanti.
Cika juga ikut dalam perlombaan dance itu dan selama Nana memperhatikan latihan Cika, Nana tahu dengan baik, Cika seseorang yang hebat dalam dance melebihi dirinya. Ya, Nana tahu ia tidak begitu hebat dalam dance, ia lebih menyukai alat musik, tapi juga cukup yakin kemampuan dancenya tidak begitu buruk. Nana suka menikmati hal yang menyenangkan, alasan Nana bergabung dengan club dance di sekolahnya juga untuk bersenang-senang.
Nana yakin siswi itu sangat ingin menang, tapi Cika sebagai lawan juga tidak mudah, sepertinya kegiatan class meeting yang akan Nana saksikan nanti akan cukup menyenangkan.
Nana lalu berjalan menuruni tangga, berjalan mendekati siswi yang sedang berlatih itu.
"Siapa namamu?" Tanya Nana ketika berada tepat di dekat siswi itu,
Jane, siswi kelas X yang sejak tadi berlatih itu sedikit terkejut, ia menghentikan latihannya dan menatap Nana.
Jane bisa ingat dengan jelas ucapan yang tadi Nana katakan pada Fifi, hal itu membuat Jane merasa sedikit takut, ia juga sudah mendengar tentang perubahan sikap Hana, Hana pernah menyapa Jane saat ia baru beberapa hari menjadi siswa kelas X dan Jane bisa merasakan aura yang berbeda dari Hana yang saat ini berdiri di hadapannya, Jane tidak tahu kalau amnesia benar-benar bisa mengubah seseorang seperti itu.
"Jane." Jawab Jane sambil membungkuk sopan pada Nana, bagaimanapun ia tetap harus bersikap sopan pada kakak kelasnya.
Nana tersenyum lembut menatap Jane, Jane cukup terkejut melihat senyuman itu, terasa berbeda dari yang pernah Jane lihat ketika dulu Hana menyapanya.
"Kamu berlatih sangat serius, tidak merasa lelah?" Tanya Nana ramah,
Melihat sikap ramah Nana, Jane jadi tidak merasa takut lagi, ia ikut tersenyum.
"Tentu saja lelah tapi aku sangat buruk, sampai sekarang rasanya ada yang kurang ketika berlatih dengan teman-teman yang lain, aku takut akan membuat penampilan kelompokku menjadi buruk."
Nana tersenyum tipis kemudian duduk di lantai aula, menepuk tempat di sampingnya seolah meminta Jane untuk ikut duduk, Jane paham maksud Nana, akhirnya ia ikut duduk di samping Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUBUNGAN (Tamat)
FanficNana, gadis manis dengan sikapnya yang sangat dingin harus berjuang untuk menguak kebenaran dari kehidupan saudara kembarnya Hana. Hubungan Nana dengan teman-teman dan keluarganya, jauh berbeda dengan hubungan yang dimiliki Hana dalam hidupnya. Cer...