Hujan deras turun mengguyur, sesekali terdengar suara petir yang menggelegar, Lion sibuk mondar-mandir di dalam kamarnya mengkhawatirkan keadaan Nana, dikarenakan hujan lebat yang turun beberapa jalan harus ditutup, Lion tidak bisa mengantar ibu Lia, ibu Titin, dan ibu Elis untuk kembali, mereka sekarang sedang berada di rumah Lion.
Lion menggeram kesal, perasaannya sama sekali tidak tenang, ia mengkhawatirkan keadaan Nana, Lion tahu Nana bukan penakut, Nana tidak pernah terganggu dengan suasana yang gelap atau bunyi guntur yang keras, tapi tetap saja, kenyataan bahwa Nana sendirian di rumah ibu Lia membuat Lion tidak bisa tenang, ditambah sejak tadi Nana tidak mengangkat telepon darinya.
Lion juga tahu Shyla sudah kembali siang tadi, ia tidak tahu akan turun hujan seperti ini, seharusnya ia meminta Shyla mengajak Nana untuk ikut dengannya. Lion menghela nafas, ia juga tidak bisa menghubungi Shyla, karena kalau Shyla sampai tahu Nana sendirian, Shyla juga akan ikut khawatir.
Lion menatap air hujan yang jatuh di jendela kamarnya, tiba-tiba ia terpikir satu ide. Lion segera mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Anala, tidak butuh waktu lama Anala segera mengangkat panggilan telepon dari Lion.
"Halo?"
"Maaf kalau telepon dariku sudah mengganggu waktumu, tapi aku perlu bantuanmu Anala."
"Tidak menggangu sama sekali, bantuan apa?" Tanya Anala yang bingung, sebenarnya sejak tadi Anala juga terus memegangi ponselnya, berniat menelpon Lion untuk menceritakan kejadian tadi siang.
Lion menarik nafas lalu menghembuskannya,
"Bisa kirimkan nomor Kei padaku?"
"Kei?"
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan pada Kei, apa kamu bisa mengirimkan nomornya?"
Anala terdiam, mungkin sesuatu yang ingin Lion bicarakan dengan Kei berhubungan dengan kejadian tadi siang, sepertinya Nana sudah menceritakan semuanya.
"Baiklah, aku akan mengirimkannya." Jawab Anala,
Lion menghela nafas lega,
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Setelah itu sambungan telepon terputus, Lion terus menatap ponselnya menunggu Anala mengirimkan nomor ponsel Kei, beberapa menit kemudian, muncul pesan dari Anala, Lion sudah mendapatkan nomor Kei.
Lion menghela nafas berat, sejujurnya ia merasa berat dan sungkan untuk meminta bantuan pada Kei, terlebih terakhir kali saat bertemu Kei di rumah sakit, Lion meminta Kei untuk menjauh dari Nana, tapi Lion juga tidak punya pilihan lain, ia tidak bisa meminta Anala untuk mengecek keadaan Nana, terlebih meminta Alvin, Lion lebih memilih meminta bantuan Kei daripada Alvin.
Sebelum menghubungi nomor Kei, Lion mencoba menghubungi nomor Nana kembali, mungkin saja Nana akan menjawab panggilan teleponnya, jika Nana mengangkat telepon darinya, Lion tidak perlu menghubungi Kei untuk meminta bantuannya. Lion terus menatap ponselnya, menunggu Nana menjawab panggilan teleponnya tapi tetap saja Nana tidak menjawab, sepertinya Lion memang harus merepotkan Kei.
***
Kei dan Annelise duduk berdampingan di sofa ruang tamu, mereka baru saja selesai makan malam bertiga dengan mbok Ratih yang sudah bekerja dengan keluarga Kei cukup lama, bahkan sebelum Kei dan Annelise lahir.
Pak Ravin dan ibu Ivana sedang tidak di rumah, karena sebelumnya Kei gagal membujuk nenek mereka untuk ikut berlibur di kota itu, pak Ravin dan ibu Ivana terpaksa pergi untuk ganti membujuk nenek Kei dan Annelise, tapi keduanya juga terjebak dan tidak bisa pulang karena hujan lebat yang turun.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUBUNGAN (Tamat)
FanfictionNana, gadis manis dengan sikapnya yang sangat dingin harus berjuang untuk menguak kebenaran dari kehidupan saudara kembarnya Hana. Hubungan Nana dengan teman-teman dan keluarganya, jauh berbeda dengan hubungan yang dimiliki Hana dalam hidupnya. Cer...