Diaz terlihat menyusuri koridor sekolah lengkap dengan beberapa buku di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dan sekolah sudah di bubarkan sekitar lima belas menit yang lalu.
"Diaz" panggil seseorang yang sukses membuat Diaz menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap kearah sosok yang baru saja memanggilnya.
"Aiden?" Ujar Diaz tepat setelah ia menangkap keberadaan Aiden di belakangnya.
Aiden tersenyum, "Kenapa belum pulang?"
Diaz tersenyum sembari mengangkat bukunya keatas, "Habis ngambil ini di perpus, lo sendiri? Kenapa belum pulang?"
"Biasa, gue ada latihan basket sekarang" balas Aiden yang langsung dijawab anggukan pelan oleh Diaz.
"Anak basket ternyata"
"Lo bisa basket?" Tanya Aiden yang langsung saja dijawab gelengan pelan oleh Diaz.
"Engga begitu" balas Diaz seadanya, meskipun ia bisa— hanya saja ia tidak ingin menekuninya untuk saat ini. Sesuai janjinya pada ayah, tujuannya pindah ke Rajawali hanya untuk belajar.
Aiden terkekeh sebelum akhirnya menepuk pelan pundak Diaz, "Yaudah kalau gitu gue ke lapangan dulu ya"
Diaz mengangguk lengkap dengan senyuman tipisnya. "Okeee"
Aiden melambaikan tangannya sebelum akhirnya benar - benar pergi dari sana, meninggalkan Diaz yang saat ini hanya bisa menghela nafasnya pelan.
"Fokus Di, fokus. Lo ga boleh ngecewain ayah cuma gara - gara ego lo yang ga seberapa itu" gumamnya pelan.
Diaz menarik nafas panjangnya sekali lagi sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya. Sedangkan disisi lain, kini sosok Aiden tengah melakukan pemanasan bersama teman - temannya yang lain.
"Danial mana?" Tanya Aiden pada sosok yang saat ini terlihat meregangkan otot - otot tangannya.
Sosok tersebut, Bintang— hanya bisa menggeleng pelan sebagai jawaban. Karena pada kenyataannya, ia juga tidak tau dimana Danial sekarang.
"Noh orangnya dateng" lanjut Bintang setidaknya tepat setelah netranya menangkap kedatangan Aksara.
Aiden tersenyum sebelum akhirnya menyambut kedatangan sang kapten, "Kemana aja lu, gue pikir lo bakal bolos latihan"
"Ga ada sejaranya ya seorang Danial bolos latihan" balas sosok tersebut lengkap dengan gaya songongnya. Aiden terkekeh sebelum memilih melempar bola basket di tangannya kearah Danial.
Dengan gerakan spontan, Danial menerimanya dan mulai melempar bola tersebut ke ring dengan gerakan asal. Dan— berhasil.
Danial tersenyum enteng, mengabaikan jika saat ini sosok Aiden hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Yok mulaiii" seru Danial seraya melempar bolanya ketengah lapangan.
Latihan berlangsung seperti biasa, dan tentunya tak luput dari permainan Danial yang bisa dibilang cukup sempurna. Belum lagi Aiden yang seolah - olah melengkapi semuanya. Jadi tak jarang jika sekolah mereka selalu unggul di bidang ini, baik dalam latihan ataupun lomba - lomba.
"Kelas sebelah ada anak baru, lo udah tau?" Tanya Aiden seraya mendrible bola di tangannya.
"Udah"
"Tumben gercep banget taunya, biasanya juga bodo amat" ledek Aiden seraya mengambil alih bola yang baru saja Danial rebut darinya.
"Ga sengaja ketemu waktu gue nyari bu Diana tadi pagi"
"Ohhhhh"
"Kenapa? Ga biasanya lo ngomongin anak baru di depan gue" ujar Danial seraya membawa langkahnya ke pinggir lapangan. Sedangkan Aiden? Laki - laki tersebut terlihat mengekor di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction00.00 Orang lain bisa menyebutnya sebagai awal, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai akhir. Diaz, laki - laki humoris yang tidak sengaja bertemu dengan laki - laki sedingin Danial. Mereka tidak ada hubungan apapun dan mereka bahkan tidak...